Jangan Kebabasen ya Kakak | CERITA SEX



PornDewasaX3 - Jangan Kebabasen ya Kakak- Seorang saudaraku datang ke kotaku karena ada study yang mengharuskan untuk meneliti di kotaku, diwaktu itu dia menghubungiku untuk menjemputnya di salah satu jalan dia ingin menginap dirumahku , aku ditemani oleh kakakku dan menjemput dia , kira kira sore hari aku sampai ditujuan yang dia maksut aku bawa paying karena hari itu hujan.

Kami mencari agak lama di kerumunan bis yang berhenti, karena sudah lama kita tak berjumpa jadinya msaih agak gak ingat wajah sepupuku tersebut, kurang lebih ada 15 menit kami bertemu dia yang menyapa kami duluan akhirnya ketemu juga , langsung kami naik mobil dan pulang ke rumah, sewaktu di dalam mobil kami bercanda dan senang bisa bertemu lagi dengan kami.

Awalnya dia berencana mau menginap 1 hari tetapi kemudian dirubah jadi 2 hari. Sepupuku ini tidak punya saudara laki-laki, jadi ketika kami bertemu, dia senang sekali dan menganggap saya seperti kakak kandungnya. Selama dia menginap di rumah, dia selalu ingin dekat denganku terus. Saya menganggap biasa-biasa saja dan tidak ada pikiran lain.

Ketika dia mau pulang, dia mau pulang sendirian, orang tua saya sepertinya tidak tega melepas dia pulang sendirian, akhirnya saya disuruh mengantar dia pulang ke Jawa Timur, padahal waktu itu saya sedang berobat jalan karena saya mengidap alergi serpihan kulit manusia (aneh ya..? saya saja dulu tidak percaya).

Saya harus datang ke dokter pribadiku setiap hari Selasa dan Jumat buat disuntik.

Tetapi, menurutku tidak apa-apa karena kupikir nanti jika sudah sampai di sana, saya langsung pulang saja pikirku. Jadilah saya mengantar dia pulang ke Jawa Timur. O.. iya, sebelum terlalu jauh saya bercerita, kuperkenalkan dahulu diriku, namsaya Padi dan nama sepupuku Ana. Di jalan kami bercerita tentang daerah asalnya yang ternyata ada di kawasan pantai utara Jawa Timur.

Kami mampir ke Madiun dulu, karena katanya dia mau mengambil baju-bajunya yang mau dibawa sekalian dicuci di rumah. Sampai di Madiun, kira-kira pukul 5:00 sore, kami menuju tempat kosnya yang sederhana di komplek Akabri. Setelah selesai dengan urusan di Madiun, kami langsung pergi lagi meneruskan perjalanan. Di perjalanan, saya bertanya dengan dia.

Eh, An.. dari sini sampai ke kotamu berapa lama sih..?a tanysaya.


Yaa mungkin kira-kira 8 jam Mas. katanya.

Dalam hati saya berpikir, Wah, bakalan capek di jalan nih.. sialana

Waktu berlalu, kira-kira pukul 9 malam, kami masih ada di atas bis jurusan ke kotanya. Malam itu kurasakan sangat dingin, apalagi ditambah tiupan angin yang sangat kencang.

Di dalam bis yang lumayan penuh itu, saya duduk di kursi kedua dari belakang sejajar dengan Ana. Pintu bis yang ada di sebelah kananku ternyata tidak bisa ditutup, karena kuncinya rusak kata kernetnya.

Ana yang merasa kedinginan terkena tiupan angin, bingung mau bagaimana sebab dia tidak membawa jaket atau sweater buat penghangat, sedangkan saya sendiri tidak masalah. Kemudian kutawarkan dia untuk pindah tempat duduk di sebelah kananku, yah.. lumayan dia terlindung dari angin oleh badanku.

Sekitar 10 menit setelah itu, dia bilang katanya dia merasa mengantuk, saya tawarkan dia untuk tidur saja di pangkuanku. Dia mau dan langsung dia rebahkan kepalanya di pahsaya, waktu itu saya sebenarnya agak kawatir dengan penumpang lainnya. Jangan-jangan ada yang berpikiran macam-macam tentang kami, meskipun begitu saya akhirnya memutuskan untuk santai saja.

Si Ana dengan cepat tertidur dengan pulasnya, tanganku kutaruh di atas punggungnya biar dia merasa lebih hangat.

Tawaranku untuk tidur di pahsaya ternyata berbekas sekali di hati sepupuku ini, sepertinya dia merasa ada sesuatu yang lain yang dirasakannya setelah dia merebahkan kepalanya di pahsaya. Mungkin karena dia masih anak SMU yang belum pernah merasakan kasih sayang dari seorang cowok, tetapi kok ya kebetulan justru dengan kakak sepupunya sendiri.

Tidak terasa, bis telah memasuki terminal di kotanya. Waktu itu jam 1 pagi. Kami langsung mencari becak untuk pulang ke rumahnya. Sampai di rumahnya yang sederhana (bapaknya bekerja sebagai sipir penjara dan ibunya guru SD), saya langsung disambut oleh Omku. Kami berbincang-bincang sejenak sambil nonton TV.

Tidak lama kemudian, Omku minta diri untuk tidur. Saya mempersilakan Omku untuk tidur. Saya sendirian yang belum merasa mengantuk dan meneruskan melihat TV. Si Ana sendiri ada di kamarnya sedang bicara dengan adiknya. Kira-kira 5 menit kemudian, kudengar ada orang datang masuk ke ruang TV dimana saya berada, yang Ternyata Ana.

Saya bertanya pada dia, Lho.. An, kamu ngga tidur? Kan udah malem, bahkan pagi nih!a

Lah.. mas sendiri gimana? Kok ngga tidur juga?a dia balik bertanya.

Mas kan udah biasa melek sampai pagi, lagian acaranya bagus nih

Iya deha tapi Ana boleh nemenin Mas ngga?a

Boleh aja, asal bikinin Mas kopi panas donga

Ih.. Mas curang.. Oke deh Ana buatin

Kemudian dia beranjak pergi ke dapur untuk membuatkan kopi untukku. Sewaktu dia jalan ke dapur, dia melewati ruangan makan yang gelap, sedangkan ruang dapurnya sendiri dibiarkan terang, sebab Omku orangnya suka makan, jadi kalau malam dia sering ke dapur untuk cari makanan.

Sewaktu dia melewati kamar makan yang kebetulan bisa terlihat dari tempat dudukku, saya agak kaget karena kulihat dasternya kelihatan menerawang terkena cahaya dari dapur. Si Ana ini sebenarnya tidak hanya manis tetapi juga cantik, tubuhnya agak gemuk, tinggi sekitar 158 cm, ukuran dadanya berapa ya? Tidak tahu.. Kulitnya sawo matang dan yang paling menarik adalah matanya yang khas cewek Jawa, tidak besar juga tidak kecil.

Sekilas kulihat bentuk tubuhnya sewaktu dia melewati ruang makan. Jantungku merasa agak berdebar karena saya kan laki-laki, jadi lihat yang seperti itu kan, ya gimana gitu. Selesai dia membuat kopi, segera dia menuju ke arahku, terus dia bergabung nonton MTV. Sejenak saya lupa akan kejadian yang mendebarkan tadi (menurutku lumayan mendebar kan lho).

Kami berbincang-bincang sambil mengomentari pemenang-pemenang yang sedang diumumkan di TV.

Tiba-tiba dia nyeletuk, Mas.. tadi enak lho tiduran di pangkuannya Mas.

Kenapa emangnya? Mau lagi ya, sini deket-deket Mas..? katsaya.

Oke deh!

Kemudian dia mendekat ke arahku dan merebahkan kepalanya di pahsaya lagi. Nah, sekarang saya mulai berpikiran macam-macam nih, karena kan dia hanya memakai daster dan di dalam dasternya hanya ada CD dan BH saja.

Mau tidak mau batangku mulai bereaksi pelan-pelan, tetapi dia tidak tahu. Masih sekitar 10 menit kami berbincang-bincang, tanganku kutaruh di atas pinggulnya, dan kurasa dia tidak keberatan. Lama-lama sepertinya dia mengantuk dan mulai sembarangan kalau menjawab pertanyaan atau komentarku.

An.. geser dikit dong, soalnya pahsaya kesemutan nih! Sebentar, ganti pake bantal aja yaha?a
Kemudian kuangkat kepalanya, kupindahkan dia ke bantal yang ada di sofa, sedangkan kakinya kuangkat ke atas pahsaya. Singkat cerita, dia sudah tertidur dengan pulas.

Pikiranku mulai keluar pikiran iseng, tanganku saya rabakan di kakinya. Sambil pura-pura memijat, dari bawah pelan-pelan naik ke atas, terus turun lagi, naik lagia lama-lama saya memijatnya terlalu naik sampai hampir menyentuh pangkal pahanya. Rupanya dia terbangun.

Ngapain Mas..?

Eh.. ngga kok cuman mijitin, kan kamu capek barusan abis naik bis jarak jauh?

Mmm.., boleh juga.. tapi mijitnya jangan keras-keras ya Masa

Oke An.


Nah, saya teruskan kembali memijatnya, tetapi kali ini mijatnya lain, saya kan sedikit-sedikit pernah baca tentang pijatan erotis, maka saya mencoba untuk mempraktekkannya sekarang. Pertama kuletakkan tanganku di telapak kakinya, terus kucari simpul yang bisa membangkitkan gairah seksnya.

Nah, ketemu niha batinku.

Pelan-pelan kupijat bagian itu sambil tanganku yang satunya juga memijat-mijat paha kanannya.

Setengah sadar dia bertanya, Mas, kok enak banget sih pijitannya?

Tenang aja deh, yang ini belum apa-apa, entar ada yang lebih hebat jawabku.

Lama kelamaan dia jadi tidak merasa ngantuk, tetapi menikmati pijatan-pijatan tanganku sambil mengeluarkan suara lenguhan yang sangat merangsang, Nngggha ngghha enak loh Masa agak naik dikit Mas.. yang ini lho di atas dengkula, ya.. di situa terus.. terus.

Saya tahu dia tidak sadar kalau sedang saya kerjain. Lama-lama kulihat dia sepertinya mau bangkit dari tidurnya. Kemudian waktu kubiarkan, ternyata dia tiba-tiba memelukku dan berusaha mencium bibirku. Saya sendiri menyambut ciumannya dengan bersemangat.

Wah, lha ini nih yang kunanti,a batinku.

Ciumannya lumayan dahsyat, sampai lidahnya masuk ke mulutku seperti ular. Lidahku sendiri jadi tidak mau kalah menyambut lidahnya yang masuk ke mulutku (heran juga anak ini kok bisa senekat ini pikirku). Dan ternyata, kok luar biasa ciummannya untuk ukuran anak SMA yang belum pernah pacaran, tangannya melingkar di punggungku dan berusaha masuk ke dalam t-shirtku.

Gerakan tubuhnya terlihat sekali terbakar oleh rangsangan yang kuberikan melalui pijatan tadi, tubuhnya naik turun sambil sesekali bergoyang ke kiri dan ke kanan. Lama-lama daster yang dia kenakan tertarik ke atas oleh karena gerakannya tersebut, dan tanganku pun bisa leluasa untuk memegang pantatnya. Dia memakai celana dalam yang tipis berenda. Pelan-pelan kumasukkan tanganku ke dalam CD-nya dari atas.

Saya berhasil memegang pantatnya, wah.. seketika saya merasakan suatu gelora dalam diriku, sepertinya saya sendiri mulai terserang rangsangan yang sangat kuat. Saya pijat-pijat pantatnya, sementara kami masih saling berpagut, dia sendiri terlihat sangat menikmati pijatan tanganku pada pantatnya.

Lalu saya mulai menaikkan tanganku, berusaha untuk membuka dasternya. Tanpa hambatan, saya berhasil menaikkan dasternya sampai ke bagian leher, kudorong dia pelan-pelan ke belakang, dia berusaha untuk tetap memelukku.

Saya berbisik padanya, An.. tolong kamu mundur sebentar, saya tolong kamu nglepasin dastermu
Dia mengangguk pelan, lalu kubuka dasternya. Kulihat tubuhnya yang mulus hanya ditutupi BH dan CD saja.

An.. gimana kalo semuanya saya bukaa?a tanysaya.

Ternyata ia mengangguk mengiyakan, Silakan Masa

Kubuka pelan-pelan BH-nya sambil kubelai dua bukit di dadanya dengan lembut.


Ehma Mas.., Ana sayang sama Masa katanya.

Saya tidak menjawab perkataannya. Kemudian kudekatkan wajahku ke buah dadanya dan mulai mengulum-ngulum pucuk bukitnya. Dia terlihat sangat menikmati perlsayaanku tersebut, matanya terlihat sayu dan sepertinya mengharap yang lebih dari sekedar dikulum pucuk bukitnya.

Saya menengok ke arah jam dinding yang terletak di atas pintu, jarum menunjukkan pukul 12:08 malam. Saya sempat berpikir, sebenarnya bahaya kalau tiba-tiba Om atau Tanteku memergoki kami yang sedang asik di sini. Sekejap saya memutar otak, saya lalu berbisik ketelinga Ana.

An.. kita pindah ke kamarku aja yah?

Dia tersentak mendengar bisikanku. Saya sendiri kaget, Apaan nih? Kok jadi medadak berubah?
Saya rasakan ternyata Ana sepertinya tersadar atas apa yang sedang diperbuatnya. Dengan terburu-buru, dia menyambar pakaiannya dan berusaha lari menuju kamarnya.

Cepat sekali kejadian itu berlalu, saya sendiri tidak sempat melsayakan apa-apa, saya hanya melongo seperti Mandra diputus Munaroh. Gila, pembaca tahu sendiri kan? Lagi enak-enak bercumbu, tidak tahunya putus di tengah jalan. Tetapi saya sendiri maklum, sebenarnya Ana adalah anak yang taat beribadah. Dan kuyakin yang barus saja kualami, sebenarnya dia melsayakannya di bawah sadar.

Paginya, saya bangun sekitar pukul 9:00, ternyata saya semalam ketiduran di depan TV. Saya ngucek-ucek matsaya sambil mencari dimana kacamatsaya, agak lama kucari, tetapi tidak ada.

Mana ya?a saya bergumam pelan.

Kebetulan Tante yang berjalan melewati ruang TV menuju dapur mendengar gumamanku.

Cari apa Di?a tanya Tanteku.

Tante liat kacamata Padi ngga?

Ngga tuh.. mungkin jatuh di bawah meja, coba cari lagi,a sambil dia berjalan menuju ke arahku ingin membantu mencari.

Dicari-cari sudah lama, tetap tidak ketemu, Yep.. nanti dicari lagi deh Tante.. biar Padi mandi dulu katsaya.

Oke lah, nanti Tante bantu lagi carinya

Oke Tante. sahutku.

Saya bergegas menuju ke kamarku, mengambil peralatan mandiku.

Kamarku terletak di sebelah kamar Ana, sempat kulihat dari celah kamar yang tidak tertutup semua. Ana masih kelihatan pulas tidurnya. Mungkin dia tidak bisa tidur setelah kejadian tadi malam. Habis mandi saya menuju ke ruang TV lagi untuk mencari kacamatsaya yang masih sembunyi. Ternyata tante sudah ada di sana sedang nonton TV.

Saya tanya ke tante, Ketemu ngga kacamatanya Tante?

Ngga tuh Di.. udah tante cari dimana-mana ngga ada, sampai-sampai sekalian Tante ngebersihin ruang ini deh

Waduha gimana niha susah deh. Saya kan ngga bisa baca kalo ngga pake kacamata,a pikirku, Ya apa mau dikata, kalo lagi apes, gini deh jadinya

Pukul 9:30, kulihat kamar Ana sudah terbuka, beberapa menit kemudian Reni (ini nama adiknya) bergabung dengan kami di ruang TV sambil membawa nampan berisi 4 gelas teh.

Saya tanya dia, Kok cuman empat gelasnya Ren?

Ooo, Papa kan udah berangkat kerja Mas.., jadi Reni bikinnya cuman 4 jawabnya.

Gitu ya?a sahutku.

Kami lalu berkumpul membicarakan keadaan Kota Tuban, tiba-tiba si Reni bertanya ke Tante.

Ma.. kacamata yang di kamar Reni itu punya siapa sih?a tanyanya.

Eit! lha ini dia nih si kacamata.. ternyata ngumpet di sana,a spontan saya menyahut, Heh! Itu pasti kacamatsaya

Betul.. itu pasti kacamatanya Mas Padi, Ren!a sahut Tante, Sana cepet ambilin

Reni lalu berdiri dan mesuk kamar untuk mengambil kacamatsaya. Saya berpikir, mungkin kacamatsaya semalam kesangkut di bajunya Ana.

Sesaat kemudian Reni kembali membawa kacamatsaya, saya sempat was-was, moga-moga Tante tidak curiga kenapa kok kacamatsaya sampai bisa mampir kesana. Memang ternyata dia tidak curiga sama sekali.

Pukul 10:00, Tante pamit mau berangkat ke pasar yang tidak terlalu jauh jaraknya dari rumahnya, si Reni ikut. Saya ditinggal sendirian. 5 menit waktu berlalu, saya mulai bosan, terus saya menuju teras depan ingin merokok.

Di teras ternyata ada koran edisi hari itu, saya tertarik untuk membacanya. Kubolak-balik halamannya, tidak ada yang menarik. Bosan lagi deh, ngelamun jadinya. Saya teringat kejadian tadi malam.

Dalam hati saya berpikir, Sekarang di rumah cuman ada saya berdua sama Ana. Wuih! kaloa hehehe kaloa misalnya saya iseng gimana ya?

Akhirnya, ternyata saya nekat juga.

Saya bangkit dari tempat dudukku, masuk ke dalam. Sampai di depan pintu kamarku, saya punya ide. Mmmm harusnya pintu depan kututup ya, terus saya pasangkan kaleng krupuk di bagian dalam, biar kalo kebuka dari luar kalengnya kegeser dan bikin suara brisik pikirku.

Cepat-cepat kukembali ke ruang tamu dan melsayakan rencansaya. Setelah itu, saya kembali lagi ke kamar, hati-hati kuintip ke dalam kamarnya Ana, ternyata dia masih pulas tertidur. Saya berjingkat masuk ke kamarnya, perlahan saya duduk di samping tidurnya.

Dia tidurnya mengorok hingga saya mau tertawa waktu itu, tetapi kutahan karena tsayat dia terbangun. Dengan hanya diterangi lampu baca (kamarnya tidak ada jendelanya), kupandangi wajahnya lama. 5 menit lebih kupandangi dia, semakin lama semakin manis.

Gila ya, dengan adik sepupu kok seperti itu?a tapi pikirku, Biarin aja lah, iseng-iseng berhadiah


Kemudian saya mulai mencoba membelai rambutnya, pelan tetapi pasti. Dia tidak bereaksi, dia tidurnya brukut (memakai selimutnya sampai menutupi leher). Saya berusaha membuka selimutnya perlahan, kutarik ke bawah dan dia tetap tidak bereaksi.

Kumasukkan tanganku ke dalam selimutnya sambil berusaha mencari payudaranya. Dengan tanpa kesulitan, tanganku sudah memegang payudaranya, tetapi masih terhalang dasternya.

Eita nanti dulua ternyata dia ngga pake BH! Berarti semalam dia ngga pake BH-nya lagi dong, wah asik niha pikirku.

Lalu kumasukkan tanganku melalui lubang di antara kancing dasternya. Tidak susah juga, tanganku sudah memegang daging empuk dengan tonjolan di puncaknya.

Ana menggeliat, agak keras menggeliatnya, dia terbangun.

Mampus gua,a pikirku.

Dia melotot sambil teriak, Lepasin dong Masa apa-apaan nih Mas?

Saya gelagapan berusaha mencari alasan, Ana kamu ngga inget semalem ya?

Lupain aja Mas! Ana ngga mau lagi, ngga boleh, entar dosa Mas!a

Tapi Ana semalem udah ngelsayain dosa lhoa kenapa ngga sekalian aja?a rayuku.

Kali ini dia benar-benar marah. Ana teriak-teriak menyuruhku keluar dari kamarnya. Saya turut saja, untung letak rumahnya berjauhan dengan tetangga, jadi saya tidak tsayat teriakannya terdengar tetangganya.

Waha gagal nih ceritanya.., saya akhirnya hanya meraba-taba batang kemaluanku yang menganggur karena tidak jadi dipakai. Saya duduk di ruang TV lagi. Melihat acara tarian Bangkok, lumayan lah buat obat, melihat penyanyi Thailand yang cantik-cantik. Sebentar kemudian Ana keluar dari kamarnya, dia menuju ke arahku. Saya berusaha tidak peduli, dia lalu duduk di dekatku.

Katanya, Mas maapin Ana ya? Ana udah bentak-bentak Masa

Ngga papa An.., Mas yang salah balasku.

Sebenarnya Ana sayang sama Mas, tapi kita kan masih bersaudara, apalagi nanti kalo ketahuan ama Papa-Mama kan bisa berabe Mas!a jelasnya.

Ya sudah.. lupain aja An, toh kamu masih muda. Nanti juga pasti ada cowok lain yang lebih pantas buat kamu lanjutku.

Iya Mas, Masa Ana mau ngasih sesuatu buat Mas

Apa An?a tanysaya.

Liat sini deh Mas. (dia mulai tidak ksaya lagi)

Saya menoleh ke arahnya, tiba-tiba dia mendekatkan bibirnya ke arah bibirku.

Mmpphha

Plas jantungku spontan berdegup keras, Kok tau-tau nyium sih?a pikirku, tetapi kunikmati saja, enak sih.

Pertamanya dia hanya mau mengecup saja, tetapi kulingkarkan tanganku di lehernya, dan kudekap dia. Dengan lembut kukecup bibirnya, dia tidak berontak ternyata, saya pererat dekapanku, dada kami sudah saling menempel.

Saya merasakan kalau dia masih belum memakai BH-nya. Dengan perlahan kubelai punggungnya, dasternya yang terbuat dari sutera terasa halus sekali, sensasinya justru membuatku jadi semakin ON saja.

Coba saja pasangan anda disuruh pakai lingerie yang bahannya sutera, ditanggung kalau diraba pasti enak sekali. Lama kami berciuman dengan posisi itu, akhirnya capai juga saya. Kulepas pelukanku dan mengakhiri ciuman.

Saya berkata pada Ana, Sini Ana Mas pangku.

Ngga ah Masa nanti kayak tadi malem deh jadinyaa!a

Percaya deh sama Masa ngga sampe ngelsayain yang ngga-ngga kok, okey?a

Dia akhirnya mengalah, mungkin dia masih ada rasa ingin juga, dia juga tahu kalau sekarang kami hanya berdua saja di rumah, So? Why not?. Dia duduk di pangkuanku menghadap TV, tanganku bergerak dengan bebas di dadanya.

Kuraba dadanya sambil berkata, An.. Ana ngga marah-marah lagi nih?a

Biarin lah Mas.. udah terlanjur nih, tapi janji ya jangan kebablasena pintanya.

Okey An!


Dari belakang, sambil tanganku membelai payudaranya, kulihat dia memejamkan matanya menikmati belaian tanganku. Tanganku meraba payudaranya dengan hati-hati, penuh perasaan saya membelainya, saya sendiri memejamkan matsaya jadinya.

Pelan tapi pasti, tanganku bergerak turun menuju perutnya. Agak dekat dengan V-nya kugunakan kuku jariku yang agak panjang untuk membangkitkan rangsangan di perutnya. Kulirik dia, terlihat dia menahan perutnya dengan membuat ksaya daerah itu.

Dia menikmati perbuatanku, perlahan dasternya kutarik ke atas, dia diam saja, ujung dasternya sudah sampai ke pahanya. Sedikit lagi pasti saya bisa meraih celana dalamnya. Akhirnya sampai juga, CD-nya sudah tidak tertutup lagi, sekilas kulihat bercak basah di ujung V-nya. Tanpa berpikir lama, kupindahkan tanganku ke sana, tanganku merasakan memang di daerah itu sudah basah. Kusimpulkan pasti dia sudah terangsang berat.

Lalu kuselipkan tanganku ke dalam CD-nya, tetapi dia kali ini menahan tanganku supaya tidak masuk ke sana. Saya urungkan niatku untuk itu, tanganku hanya menggosok-gosok dari luar saja. Kemudian terlihat dia mengeluarkan lenguhan dan badannya menegang, seperti menahan sesuatu. Orgasme rupanya. Lalu badannya melemas lunglai di pelukanku.

Tanganku yang masih berada di selangkangannya merasakan kalau CD-nya bertambah basah. Kemudian Ana memandangiku. Lama kami berpandangan.

Ana kemudian bicara, Mas, kita lsayakan yuk. Ana udah ngga tahana

Wah, benar-benar kejutan..! Ana tiba-tiba berubah pikiran. Hal ini tidak akan kusia-siakan. Tanpa bicara lagi, langsung kucium dan kuremas dadanya yang masih tertutup daster. Ana melenguh keenakan karena remasan itu. Kemudian saya melepas remasannya. Kupandangi dadanya di balik dasternya, kupandangi seluruh tubuhnya, kulitnya yang sawo matang. Kemudian saya melepas dasternya karena akan merepotkan saja.

Kini ia polos tanpa satu benang pun menutupi tubuhnya. Kemudian saya membopongnya ke kamar tidurku dan kubaringkan ia di tempat tidur, lalu kuciumi seluruh tubuhnya. Tubuh Ana bergetar hebat, menandakan bahwa dia baru pertama kali ini melsayakan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Kemudian saya mencium dan menjilat bagian perutnya dan mulai ke bawah dan mulai meraba serta membuka kedua pahanya degan kedua tanganku.

Tangan kananku membuka belahan memeknya sedangkan seluruh bagian mulutku mulai mengolah bibir-bibir memeknya. Tangan kiriku masih meremas buah dadanya yang sebelah kanan. Saya merasakan adanya cairan yang mulai membasahi permukaan bibir memeknya.

Saya terus menyedot dan menggigit-gigit perlahan labia mayoranya dengan asyik, sedangkan tangan kiriku sekarang meraba-raba klitorisnya dengan cairan pelumas dari lubangnya.

Asyik sekali, karena terlalu keasyikannya, secara tidak sadar, ada dua tangan menjambak rambutku, saya tidak menghentikan aktivitasku. Mulanya kupikir hanya gerakan kenikmatan yang diterimanya secara erotis. Eh, kok tambah lama terasa ada goyangan perlahan di bagian selangkangannya.

Begitu pula tanpa kusadari, ada suara-suara nafas tertahan dan jambakan di rambutku bukan lagi jambakan pasif, tetapi mulai membelai dan memegang kupingku. Saya tiba-tiba sadar. Dia benar-benar menikmatinya. Saya termanggu duduk di antara selangkangannya dan melihat ke arah wajahnya.

Kok.., berhenti Mas..? suaranya berat perlahan dengan tatapan wajah yang sayu.

Ehh.. terusin Masa hhha kurang dikit lagi..! suaranya tertahan.

Saya masih terduduk bingung dan memandangnya dengan pandangan bodoh. Dan yang menjengkelkan, batang kejantananku tidak berkompromi. Dia tegak mengacung, sehingga mencuat di antara kaosku. Kepalanya tampak licin karena cairan bening yang keluar. Sebenarnya batang kejantananku lumayan besar dan panjang, sehingga tampak mencuat tinggi. Tiba-tiba Ana bangun, dan duduk di hadapanku, memandangku dengan sayu.

Tiba-tiba tangannya mulai bergerak ke arah batangku, dan memegang lama sambil tersengal-sengal sehabis melumatnya. Kemudian memandangku perlahan dan meletakkan dirinya telentang di ranjang. Ana berdiri di atas tempat tidur dan berjongkok di depanku. Kemudian dia membuka kedua pahanya dan mengangkat lututnya ke atas sehingga lubangnya terlihat.

Ia meraba permukaan memeknya sambil perlahan memandangku dan berkata, Ayo Masa masukin..!a

Saya seperti tersihir, antara bingung dan nafsu, menggerakkan diri untuk berlutut di antara kedua pahanya dan memegang kepala batangku yang licin terkena ludahnya dan mengarahkannya ke lubang merah mengkilat itu. Sejenak saya lupa bahwa dia masih belasan tahun, yang kurasakan secara reflek setelah dikenyot habis-habisan olehnya, ialah bahwa ia sudah tidak perawan lagi.

Dan, Ssleeeppp. ketat tetapi tidak begitu menjepit dan tanpa hambatan sama sekali (benar dugaanku). Saya menusukkan seluruh panjang batangku ke dalam lubang itu, dan hebatnya seluruh panjangnya batang kejantananku itu masuk total ke dalamnya serta membiarkannya sejenak merasakan denyutan hangatnya.

Ana melenguh agak keras. Saya khawatir juga karena dia akan merasakan sakit di bagian dalam memeknya. Tetapi karena malaikat nafsu lebih berkuasa, ya sudah saya santai saja dan mulai menarik batangku itu dari dalam lubangnya dan memasukkannya lagi seluruhnya.

Entah karena apa, saya tidak begitu merasakan rasa nikmat yang cepat naik. Memang terasa basah, licin dan enak tetapi, ya lebih karena ini memang sedang bersetubuh. Saya mulai berpraktek dengan berbagai macam cara menusuk dan arah tusukan ke dalam lubang memeknya.

Yang mulai mencemaskanku, Ana sama sekali tidak berusaha menahan suaranya. Ia mulai melenguh dan mengerang keras-keras ketika saya mulai mempercepat gerakanku. Saya antara cemas dan mulai nikmat, tidak peduli lagi. Lagi pula suaranya mulai merangsangku dan ini membuatku menusuk-nusuk dengan gerakan yang cepat dan keras.

Aaahhha aayooo Massa aaduhha cepat Masss..!a pintanya dengan nafsu.

Dia mengangkat kedua tangannya ke atas kepalanya. Bunyi beradunya kemaluan kami mulai terdengar keras, berkecepak-kecepak dan saya mulai merasakan lereng gunung telah kucapai. Tinggal mendaki cepat dan sampai di puncak.

Tiba-tiba Ana menghentikan gerakanku, dan menutup kedua pahanya sehingga terasa ada jepitan yang luar biasa di sekujur batangku. Kemudian dia memandangku sayu. Saya tahu apa yang dimaksudkannya dan mulai menggenjot lagi. Saya menjepitkan kedua betisnya di antara leherku dan bertumpu pada kedua tangan, sedang saya membentuk busur dengan tubuhku, merapatkan kedua pahsaya sehingga terasa batangku membesar dan mulai menusuk-nusuknya cepat.

Aaahhha sssa terdengar bunyi-bunyian antara suaranya yang merangsang dan bunyi kecepakan kemaluan kami yang beradu, sedangkan saya sendiri mengeluarkan suara helaan nafas yang cepat.

Beberapa menit kemudian, saya merasakan aliran yang semakin cepat memenuhi pinggul dan seluruh tubuhku. Keringatku telah mengucur deras.

Dan, Annna Annaaaa aaadduuhhha ssssa Ann..! spermsaya menyemprot deras ke arah perutnya. Saya mengerang keras dan terus mengocok batang kemaluanku. Kemudian tanganku yang mulai begerak ke arah memeknya segera menusuk-nusukannya.

Lama saya terus menusuk-nusuk lubangnya karena rasa nikmatnya terus mengalir hingga tidak berapa lama kemudian Anna berkata, Masssa aaaa Maassa ssshhha aaddduuhh..!

Ana menaikkan pelvisnya dan menerima tusukan-tusukan terakhirku dengan denyutan dinding memek yang terasa cepat dan kenyal. Saya menindih tubuhnya yang kecil dan merasakan detak jantung yang cepat di dadanya dan dengusan nafas hangat di ubun-ubunku. Jariku masih menancap dalam di dalam memeknya dan merasakan denyutan yang tidak kunjung reda.

Kemudian saya tergeletak di sampingnya, saya berkata kepada Ana, Ana kamu sekarang mandi saja ya..? Kayaknya kamu bau deh.

Sialana iya deh, Ana mandi, makasih ya Masa Ana udah dikasih pelajaran sama Mas

Sama-sama An.

Saya tidak merasa menyesal karena dapat seperti yang kubayangkan (gadis yang benar-benar perawan). Yah, lumayanlah bisa meraba-raba kan? Ana lalu berdiri hendak menuju ke kamar mandi, sebelum dia pergi dia menoleh ke arahku lalu menunduk dan menciumku sebentar. Saya belaikan tanganku ke dadanya dan V-nya.