PornDewasaX3 -
Kisah yang terjadi 3 tahun ini maih aku kenang karena kenangan ini
bersama wanita yang usianya 30an, mungkin karena aku sering merasakan
ABG jadi kenangan ini masih membekas , wanita ini tubuhnya terawatt
bagiku sendiri wanita ini sangat menarik apalagi untuk soal seks
pastinya lebih pengalaman dariku soal bercinta di ranjang.
Namun
sebagai pegawai swasta yang bekerja, aku memiliki keterbatasan waktu,
tidak mudah bagiku untuk mencari wanita tersebut. Hal ini yang mendorong
aku untuk mengiklankan diriku pada sebuah surat kabar berbahasa
Inggris, untuk menawarkan jasa ‘full body massage’.
Uang
bagiku tidak masalah, karena aku berasal dari keluarga menengah dan
gajiku cukup, namun kepuasan yang ku dapat jauh dari itu. Sehingga aku
tidak memasang tarif untuk jasaku itu, diberi berapapun kuterima.
Sepanjang
hari itu, sejak iklanku terbit banyak respon yang kudapat, sebagian
dari mereka hanya iseng belaka, atau hanya ingin ngobrol. Di sore hari,
kurang lebih pukul 18.00 seorang wanita menelponku.
“Hallo dengan Ivan?” suara merdu terdengar dari sana.
“Ya saya sendiri” jawabku.
Dan seterusnya dia mulai menanyakan ciri-ciriku. Selanjutnya, “Eh ngomong-ngomong, berapa sich panjangnya kamu punya?” katanya.
“Yah normal sajalah sekitar 18 cm dengan diameter 6 cm.” jawabku.
“Wah lumayan juga yach, lalu apakah jasa kamu ini termasuk semuanya,” lanjutnya.
“Apa
saja yang kamu butuhkan, kamu pasti puas dech..” jawabku. Dan yang agak
mengejutkan adalah bahwa dia meminta kesediaanku untuk melakukannya
dengan ditonton suaminya. Namun kurasa, wah ini pengalaman baru buatku.
Akhirnya
dia memintaku untuk segera datang di sebuah hotel “R” berbintang lima
di kawasan Sudirman, tak jauh dari kantorku. Aku menduga bahwa pasangan
ini bukanlah sembarang orang, yang mampu membayar tarif hotel semahal
itu.
Dan
benar dugaanku, sebuah president suite room telah ada di hadapanku.
Segera kubunyikan bel di depan kamarnya. Dan seorang pria, dengan
mengenakan kimono, berusia tak lebih dari 40 tahun membukakan pintu
untukku.
“Ivan?” katanya.
“Ya
saya Ivan,” jawabku. Lalu ia mencermatiku dari atas hingga bawah
sebelum ia mempersilakan aku masuk ke dalam. Pasti dia tidak ingin
sembarang orang menyentuh istrinya, pikirku.
“OK,
masuklah” katanya. Kamar itu begitu luas dan gelap sekali. Aku
memandang sekeliling, sebuah TV berukuran 52″ sedang memperlihatkan blue
film.
Lalu
aku memandang ke arah tempat tidur. Seorang wanita yang kutaksir
umurnya tak lebih dari 30 tahun berbaring di atas tempat tidur, badannya
dimasukkan ke dalam bed cover tersenyum padaku sambil menjulurkan
tangannya untuk menyalamiku. “Kamu pasti Ivan khan? Kenalkan saya Feby”
katanya lembut.
Aku
terpana melihatnya, rambutnya sebahu berwarna pirang, kulitnya mulus
sekali, wajahnya cantik, pokoknya perfect! Aku masih terpana dan menahan
liurku, ketika dia berkata “Lho kok bingung sich”.
“Akh enggak..” kataku sambil membalas salamnya.
“Kamu mandi dulu dech biar segar, tuch di kamar mandi,” katanya.
“Oke
tunggu yach sebentar,” jawabku sambil melangkah ke kamar mandi.
Sementara, suaminya hanya menyaksikan dari sofa dikegelapan. Cepat-cepat
kubersihkan badanku biar wangi. Dan segera setelah itu kukenakan celana
pendek dan kaos.
Aku melangkah keluar, “Yuk kita mulai,” katanya.
Dengan
sedikit gugup aku menghampiri tempat tidurnya. Dan dengan bodohnya aku
bertanya, “Boleh aku lepaskan pakaianku?”, dia tertawa kecil dan
menjawab, “terserah kau saja..”.
Segera
kulepaskan pakaianku, dia terbelalak melihatku dalam keadaan polos,
“Ahk.. ehm..” dan segera mengajakku masuk ke dalam bed cover juga. “Kamu
cantik sekali Feby” kataku lirih.
Aku
tak habis pikir ada wanita secantik ini yang pernah kulihat dan
suaminya memperbolehkan orang lain menjamahnya, ah.. betapa beruntungnya
aku ini. “Ah kamu bisa saja,” kata Feby.
Segera
aku masuk ke dalam bed cover, kuteliti tubuhnya satu persatu. Kedua
bulatan payudaranya yang cukup besar dan berwarna putih terlihat
menggantung dengan indahnya, diantara keremangan aku masih dapat melihat
dengan sangat jelas betapa indah kedua bongkah susunya yang kelihatan
begitu sangat montok dan kencang. Samar kulihat kedua puting mungilnya
yang berwarna merah kecoklatan. “Yaa aammpuunn..” bisikku lirih tanpa
sadar, “Ia benar-benar sempurna” kataku dalam hati.
“Van..” bisik Tante Feby di telingaku.
Aku
menoleh dan terjengah. Ya Ampuun, wajah cantiknya itu begitu dekat
sekali dengan wajahku. Hembusan nafasnya yang hangat sampai begitu
terasa menerpa daguku. Kunikmati seluruh keindahan bidadari di depanku
ini
Mulai
dari wajahnya yang cantik menawan, lekak-lekuk tubuhnya yang begitu
seksi dan montok, bayangan bundar kedua buah payudaranya yang besar dan
kencang dengan kedua putingnya yang lancip, perutnya yang ramping dan
pantatnya yang bulat padat bak gadis remaja
Pahanya
yang seksi dan aah.., kubayangkan betapa indah bukit kemaluannya yang
kelihatan begitu menonjol dari balik bed cover. Hmm.., betapa nikmatnya
nanti saat batang kejantananku memasuki liang kemaluannya yang sempit
dan hangat, akan kutumpahkan sebanyak mungkin air maniku ke dalam liang
kemaluannya sebagai bukti kejantananku.
“Van..
mulailah sayang..” bisik Tante Feby, membuyarkan fantasi seks-ku
padanya. Sorotan kedua matanya yang sedikit sipit kelihatan begitu sejuk
dalam pandanganku, hidungnya yang putih membangir mendengus pelan, dan
bibirnya yang ranum kemerahan terlihat basah setengah terbuka, duh
cantiknya.
Kukecup
lembut bibir Tante Feby yang setengah terbuka. Begitu terasa hangat dan
lunak. Kupejamkan kedua mataku menikmati kelembutan bibir hangatnya,
terasa manis.
Selama
kurang lebih 10 detik aku mengulum bibirnya, meresapi segala kehangatan
dan kelembutannya. Kuraih tubuh Tante Feby yang masih berada di
hadapanku dan kubawa kembali ke dalam pelukanku.
“Apa yang dapat kau lakukan untukku Van..” bisiknya lirih setengah kelihatan malu.
Kedua
tanganku yang memeluk pinggangnya erat, terasa sedikit gemetar memendam
sejuta rasa. Dan tanpa terasa jemari kedua tanganku telah berada di
atas pantatnya yang bulat.
Mekal
dan padat. Lalu perlahan kuusap mesra sambil kuberbisik, “Tante pasti
tahu apa yang akan Ivan lakukan.. Ivan akan puaskan Tante sayang..”
bisikku pelan. Jiwaku telah terlanda nafsu.
Kuelus-elus
seluruh tubuhnya, akhh.. mulus sekali, dengan sedikit gemas kuremas
gemas kedua belah pantatnya yang terasa kenyal padat dari balik bed
cover. “Oouuhh..” Tante Feby mengeluh lirih.
Bagaimanapun
juga anehnya aku saat itu masih bisa menahan diri untuk tidak bersikap
over atau kasar terhadapnya, walau nafsu seks-ku saat itu terasa sudah
diubun-ubun namun aku ingin sekali memberikan kelembutan dan kemesraan
kepadanya.
Lalu
dengan gemas aku kembali melumat bibirnya. Kusedot dan kukulum bibir
hangatnya secara bergantian dengan mesra atas dan bawah. Kecapan-kecapan
kecil terdengar begitu indah, seindah cumbuanku pada bibir Tante Feby.
Kedua
jemari tanganku masih mengusap-usap sembari sesekali meremas pelan
kedua belah pantatnya yang bulat pada dan kenyal. Bibirnya yang terasa
hangat dan lunak berulang kali memagut bibirku sebelah bawah dan aku
membalasnya dengan memagut bibirnya yang sebelah atas. ooh.., terasa
begitu nikmatnya.
Dengusan
pelan nafasnya beradu dengan dengusan nafasku dan berulang kali pula
hidungnya yang kecil membangir beradu mesra dengan hidungku. Kurasakan
kedua lengan Tante Feby telah melingkari leherku dan jemari tangannya
kurasakan mengusap mesra rambut kepalaku.
Batang
kejantananku terasa semakin besar apalagi karena posisi tubuh kami yang
saling berpelukan erat membuat batang kejantananku yang menonjol dari
balik celanaku itu terjepit dan menempel keras di perut Tante Feby yang
empuk, sejenak kemudian kulepaskan pagutan bibirku pada bibir Tante
Feby.
Wajahnya
yang cantik tersenyum manis padaku, kuturunkan wajahku sambil terus
menjulurkan lidah di permukaan perutnya terus turun dan sampai di daerah
yang paling kusukai, wangi sekali baunya. Tak perlu ragu.
“Ohh
apa yang akan kau lakukan.. akh..” tanyanya sambil memejamkan mata
menahan kenikmatan yang dirasakannya. Beberapa saat kemudian tangan itu
malah mendorong kepalaku semakin bawah dan..,
“Nyam-nyam..” nikmat sekali kemaluan Tante Feby. Oh, bukit kecil yang berwarna merah merangsang birahiku.
Kusibakkan
kedua bibir kemaluannya dan, “Creep..” ujung hidungku kupaksakan masuk
ke dalam celah kemaluan yang sudah sedari tadi becek itu.
“Aaahh..
kamu nakaal,” jeritnya cukup keras. Terus terang kemaluannya adalah
terindah yang pernah kucicipi, bibir kemaluannya yang merah merekah
dengan bentuk yang gemuk dan lebar itu membuatku semakin bernafsu saja.
Bergiliran kutarik kecil kedua belah bibir kemaluan itu dengan mulutku.
“Ooohh lidahmu.. ooh nikmatnya Ivan..” lirih Tante Feby.
Sementara
aku asyik menikmati bibir kemaluannya, ia terus mendesah merasakan
kegelian, persis seorang gadis perawan yang baru merasakan seks untuk
pertama kali, kasihan wanita ini dan betapa bodohnya suaminya yang hanya
memandangku dari kegelapan.
“Aahh..
sayang.. Tante suka yang itu yaahh.. sedoot lagi dong sayang oogghh,”
ia mulai banyak menggunakan kata sayang untuk memanggilku. Sebuah
panggilan yang sepertinya terlalu mesra untuk tahap awal ini.
Lima
menit kemudian.. “Sayang.. Aku ingin cicipi punya kamu juga,” katanya
seperti memintaku menghentikan tarian lidah di atas kemaluannya.
“Ahh..
baiklah Tante, sekarang giliran Tante,” lanjutku kemudian berdiri
mengangkang di atas wajahnya yang masih berbaring. Tangannya langsung
meraih batang kemaluan besarku dan sekejap terkejut menyadari ukurannya
yang jauh di atas rata-rata.
“Okh
Van.. indah sekali punyamu ini..” katanya padaku, lidahnya langsung
menjulur kearah kepala kemaluanku yang sudah sedari tadi tegang dan amat
keras itu.
“Mungkin
ini nggak akan cukup kalau masuk di.. aah mm.. nggmm,” belum lagi
kata-kata isengnya keluar aku sudah menghunjamkan burungku kearah
mulutnya dan, “Croop..” langsung memenuhi rongganya yang mungil itu.
Matanya menatapku dengan pandangan lucu, sementara aku sedang meringis
merasakan kegelian yang justru semakin membuat senjataku tegang dan
keras.
“Aduuh
enaak.. oohh enaknya Tante oohh..” sementara ia terus menyedot dan
mengocok batang kemaluanku keluar masuk mulutnya yang kini tampak
semakin sesak.
Tangan
kananku meraih payudara besarnya yang menggelayut bergoyang kesana
kemari sembari tangan sebelah kiriku memberi rabaan di punggungnya yang
halus itu. Sesekali ia menggigit kecil kepala kemaluanku dalam mulutnya,
“Mm.. hmm..” hanya itu yang keluar dari mulutnya, seiring telapak
tanganku yang meremas keras daging empuk di dadanya.
“Crop..”
ia mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya. Aku langsung menyergap
pinggulnya dan lagi-lagi daerah selangkangan dengan bukit berbulu itu
kuserbu dan kusedot cairan mani yang sepertinya sudah membanjir di bibir
kemaluannya.
“Aoouuhh..
Tante nggak tahan lagi sayang ampuun.. Vann.. hh masukin sekarang juga,
ayoo..” pintanya sambil memegang pantatku. Segera kuarahkan kemaluanku
ke selangkangannya yang tersibak di antara pinggangku menempatkan posisi
liang kemaluannya yang terbuka lebar, pelan sekali kutempelkan di bibir
kemaluannya dan mendorongnya perlahan, “Ngg.. aa.. aa.. aa.. ii.. oohh
masuuk.. aduuh besar sekali sayang, oohh..” ia merintih, wajahnya
memucat seperti orang yang terluka iris.
Aku
tahu kalau itu adalah reaksi dari bibir kemaluannya yang terlalu rapat
untuk ukuran burungku. Dan Tante Feby merupakan wanita yang kesekian
kalinya mengatakan hal yang sama. Namun jujur saja, ia adalah wanita
setengah baya tercantik dan terseksi dari semua wanita yang pernah
kutiduri.
Buah
dadanya yang membusung besar itu langsung kuhujani dengan
kecupan-kecupan pada kedua putingnya secara bergiliran, sesekali aku
juga berusaha mengimbangi gerakan turun naiknya diatas pinggangku dengan
cara mengangkat-angkat dan memiringkan pinggul hingga membuatnya
semakin bernafsu, namun tetap menjaga ketahananku dengan menghunjamkan
kemaluanku pada setiap hitungan kelima.
Tangannya
menekan-nekan kepalaku kearah buah dadanya yang tersedot keras
sementara burungku terus keluar masuk semakin lancar dalam liang
senggamanya yang sudah terasa banjir dan amat becek itu.
Puting
susunya yang ternyata merupakan titik nikmatnya kugigit kecil hingga
wanita itu berteriak kecil merintih menahan rasa nikmat sangat hebat,
untung saja kamar tidur tersebut terletak di lantai dua yang cukup jauh
untuk mendengar teriakan-teriakan kami berdua.
Puas
memainkan kedua buah dadanya, kedua tanganku meraih kepalanya dan
menariknya kearah wajahku, sampai disitu mulut kami beradu, kami saling
memainkan lidah dalam rongga mulut secara bergiliran.
Setelah
itu lidahku menjalar liar di pipinya naik kearah kelopak matanya
melumuri seluruh wajah cantik itu, dan menggigit daun telinganya.
Genjotan pinggulnya semakin keras menghantam pangkal pahaku, burungku
semakin terasa membentur dasar liang senggama.
“Ooohh.. aa.. aahh.. aahh.. mmhh gelii oohh enaknya, Vann.. ooh,” desah Tante Feby.
“Yaahh
enaak juga Tante.. oohh rasanya nikmat sekali, yaahh.. genjot yang
keras Tante, nikmat sekali seperti ini, oohh enaakk.. oohh Tante oohh..”
kata-kataku yang polos itu keluar begitu saja tanpa kendali.
Tanganku
yang tadi berada di atas kini beralih meremas bongkahan pantatnya yang
bahenol itu. Setiap ia menekan ke bawah dan menghempaskan kemaluannya
tertusuk burungku, secara otomatis tanganku meremas keras bongkahan
pantatnya. Secara refleks pula kemaluannya menjepit dan berdenyut
seperti menyedot batang kejantananku.
Hanya
sepuluh menit setelah itu goyangan tubuh Tante Feby terasa menegang,
aku mengerti kalau itu adalah gejala orgasme yang akan segera diraihnya,
“Vann.. aahh aku nngaak.. nggak kuaat aahh.. aahh.. oohh..”
“Taahaan
Tante.. tunggu saya dulu ngg.. ooh enaknya Tante.. tahan dulu .. jangan
keluarin dulu..” Tapi sia-sia saja, tubuh Tante Feby menegang kaku,
tangannya mencengkeram erat di pundakku, dadanya menjauh dari wajahku
hingga kedua telapak tanganku semakin leluasa memberikan remasan pada
buah dadanya.
Aku sadar sulitnya menahan orgasme itu, hingga aku meremas keras payudaranya untuk memaksimalkan kenikmatan orgasme itu padanya.
“Ooo..
ngg.. aahh.. sayang sayang.. sayang.. ooh enaak.. Tante kelauaar..
oohh.. oohh..” teriaknya panjang mengakhiri babak permainan itu.
Aku
merasakan jepitan kemaluannya disekeliling burungku mengeras dan terasa
mencengkeram erat sekali, desiran zat cair kental terasa menyemprot
enam kali di dalam liang kemaluannya sampai sekitar sepuluh detik
kemudian ia mulai lemas dalam pelukanku.
Sementara
itu makin kupercepat gerakanku, makin terdengar dengan jelas suara
gesekan antara kemaluan saya dengan kemaluannya yang telah dibasahi oleh
cairan dari kemaluan Tante Feby. “Aaakhh.. enakk!” desah Tante Feby
sedikit teriak.
“Tante.. saya mau keluar nich.. eesshh..” desahku pada Tante Feby.
“Keluarkanlah sayang.. eesshh..” jawabnya sambil mendesah.
“Uuugghh..
aaggh.. eenak Tante..” teriakku agak keras dengan bersamaannya spermaku
yang keluar dan menyembur di dalam kemaluan Tante Feby.
“Hemm..
hemm..” suara itu cukup mengagetkanku. Ternyata suaminya yang sedari
tadi hanya menonton kini telah bangkit dan melepas kimononya.
“Sekarang
giliranku, terima kasih kau telah membangkitkanku kau boleh
meninggalkan kami sekarang,” katanya seraya memberikan segepok uang
padaku.
Aku
segera memakai pakaianku, dan melangkah keluar. Tante Feby
mengantarkanku kepintu sambil sambil menghadiahkanku sebuah kecupan
kecil, katanya
“Terima kasih yach.. sekarang giliran suamiku, karena ia butuh melihat permainanku dengan orang lain sebelum ia melakukannya.”
“Terima kasih kembali, kalau Tante butuh saya lagi hubungi saya saja,” jawabku sambil membalas kecupannya dan melangkah keluar.
“Akh..
betapa beruntungnya aku dapat ‘order’ melayani wanita seperti Tante
Feby,” pikirku puas. Ternyata ada juga suami yang rela mengorbankan
istrinya untuk digauli orang lain untuk memenuhi hasratnya.