Cerita Dewasa -
kali ini menceritakan pengalaman Sex dari seorang Mahasiswi yang
melepas keperawanannya kepada bapak Kostnya yang telah lama di puja dan
di idam-idamkanya. Mau tahu kelanjutan ceritanya, Langsung aja yuk baca
dan simak baik baik cerita dewasa ini.
kali
ini menceritakan pengalaman Cerita Sex Pribadi dari seorang janda yang
melakukan hubungan Sexs dengan seorng petugs asurnsi. Saya kira cukup
deskripsi dari cerita Sex ini, Langsung aja yuk baca dan simak baik baik
cerita dewasa ini.
Hey
apa kabar para Pembaca Cerita Dewasa, kali ini aku akan menceritakan
tentng kisah Sex Pribadiku, sebelum aku memulai cerita Sexsku ini aku
akan memperkenalkan diriku dan memberikn sedikit gambarn tentang
tubuhku. Namaku Nita, aku mempunyai kulit tubuh yang putih dan
mulus.Usiaku 25 tahun, tinggi badanku170, dan berat badanku 55. Oh iya
dalam usiaku yang tergolong muda ini, aku sudah menyandang status janda.
Singkat cerita. Aku mempunyai kebiasan memandang seluruh tubuhku dengan
posisi bugil di cermin kamarku, ukuran buah dadaku yang berukuran
lumayan besar yaitu 35 b, putingku masih berwarna kemerahan, wlaupun aku
sudah menikah tapi aku belum pernah mempunyai momongan. Dengan kulit
putihku dan yang mulus, hal ini membuatku semakin percaya diri, tidak
akan pernah lelaki manapun yng tidak tertarik padaku. Kemaluanku selalu
kurawat, terlihat sangat indah dan bersih tanpa ada bulu sedikitpun
karena aku rajin mencukurnya.
Sayang
sekali keindahan tubuhku ini telah lama tidak tersentuh oleh tangan
lelaki sekalipun, sejak kematian suamiku 2 tahun yang lalu. Bukanya aku
tidak laku, tetapi belum ada satu orang pun yang mampu menggetarkan
perasaanku, meskipun banyak lelaki yang mencoba masuk dalam kehidupanku,
tapi semuanya secara halus kutepis dengan alasan belum siap. Selama ini
kesepianku kuisi dengan kesibukan kerja, Selama ini aku hanya bisa
memeluk guling erat-erat, dan membayangkan bahwa guling yang kupeluk
adalah seorang lelaki yang gagah, dn kugesekan klitorisku hingga aku
orgasme. Sebenarnya aku ingin mencoba menggunakan Sex Toys, tapi aku
takut kemaluanku lecet dan daya elastisnya akan melemah. Juga pernah
terlintas dalam otakku untuk menggunakan jasa Gigolo untuk memuaskan
kebutuhan Sexku, tapi selama ini aku masih takut dan ragu dengan
car-cara itu.
Singkat cerita Cerita, pada siang itu tiba-tiba ada seseorng mengetuk pintu kamarku, dan…
“ Tok, tok…” suara pintu kamarku terdengar diketuk membuyarkan lamunanku,
“ Siapa yah?” sahutku,
“ Saya, Nya…” terdengar suara pembantuku di balik pintu,
“ Ada apa, Bi?
“ Ada tamu mau ketemu Nyonya…”
“ Dari mana?” aku bertanya, sebab aku merasa tidak ada janji bertemu dengan siapapun.
“ Katanya dari perusahaan asuransi, udah janji ingin bertemu Nyonya,”
CERITA DEWASA
Aku
hampir lupa, bahwa aku meminta perusahan asuransi datang ke rumahku
pada hari Sabtu ini, saat aku libur kerja, karena aku ingin merevisi
asuransi atas rumah pribadiku yang telah jatuh tempo.
“ Suruh dia masuk dan tunggu di ruang tamu, Bi !” sahutku,
Kemudian
aku bergegas mengenakan pakaianku, hanya daster terusan tanpa bra dan
celana dalam, karena aku tak mau tamuku menunggu lama, wajahku pun hanya
sedikit kuoles bedak. Setelah aku rasa rapi, bergegas aku menemuinya.
“ Selamat siang, Bu!” sapaan hormat menyambutku saat aku tiba di ruang tamu,
“ Selamat siang,” aku membalas salamnya,
“ Perkenalkan, Bu! saya Willymarketing executive di perusahaan (edited),” tangannya mengundangku bersalaman,
Aku
menyambut uluran tangannya, dan mempersilakannya duduk. Sejenak aku
perhatikan, usianya kutaksir 25-an, tapi yang membuatku agak tertarik
tadi saat posisi berdiri bersalaman, aku sempat mengukur tinggi tubuhku
hanya sebatas lehernya, aku perkirakan tingginya 180cm-an, aku agak
berkesan apalagi penampilannya bersih dengan kumis tipis menghiasi
bibirnya, wajahnya sih memang biasa saja. Kami terlibat obrolan panjang
tentang asuransi yang ditawarkan, ternyata orangnya supel dan ramah,
cara bicaranya mencerminkan wawasannya yang luas, pandangannya tidak
“jelalatan” seperti lelaki lainnya yang pernah aku temui, padahal puring
buah dadaku yang tidak menggunakan bra terlihat berbayang dibalik
dasterku. Tak banyak pikir lagi, aku segera menyetujuinya, apalagi
preminya tidak terpaut jauh dengan asuransiku sebelumnya. Dia berjanji
akan datang kembali minggu depan membawa polis-nya.
Sepulangnya
dia, aku masih membayangkannya, simpatik sekali orangnya, terutama
tubuhnya yang tinggi, hampir sama dengan almarhum suamiku. Juga aku
teringat jawaban almarhum suamiku bahwa orang yang tinggi agak kurus,
80% senjatanya panjang dan besar saat aku bertanya, mengapa senjata Mas
Rudy (almarhum suamiku), besar dan panjang? Aku sendiri bingung, tak
biasanya aku berpikiran seperti ini, apalagi baru pertama kali bertemu.
Tapi aku tak mau membohongi diriku, aku tertarik padanya. Waktu seminggu
yang dijanjikannya terasa lama sekali. Akhirnya tibalah hari yang
dijanjikannya, aku berias secantik mungkin, meskipun tidak mencolok,
kusambut kedatangannya dengan manis. Kali ini kulihat Willymengenakan
setelan pakaian kerja lengkap dengan dasinya.
CERITA PORNO
Setelah
polis aku terima dan menyerahkan pembayarannya, aku mengajaknya
mengobrol sedikitmengenai pribadinya. Ternyata usianya 27 tahun, dengan
status bujangan, dan masih mengontrak rumah di daerah Dukuh Atas,
Jakarta,
“ Ibu Nita sendiri, bagaimana?” kini dia balik bertanya kepadaku,
Lalu akupun menjelaskan statusku yang kini sebagai janda, kulihat wajahnya sedikit berubah,
“ Maaf, Bu! kalau pertanyaan saya menyinggung perasaan Ibu.” Ucapnya,
“ Tidak apa-apa, toh gelar ini bukan saya yang menghendaki, tapi sudah suratan
Takdir saya ” jawabku,
Sejak
tahu statusku janda, Dia jadi sering datang ke rumahku, ada saja
alasannya untuk datang ke rumahku, meskipun kadang terkesan dibuat-buat.
Hubungan kami menjadi lebih akrab, diapun tidak memanggilku dengan
sebutan “Bu” lagi, tapi “Mbak” sedangkan aku pun memanggilnya Mas Willy.
Tapi yang aku heran dari Mas Willy adalah sikapnya yang belum pernah
menjurus ke arah seks sedikitpun, meskipun sering kali kami bercanda
layaknya orang pacaran. Aku jadi berfikiran jelek, jangan-jangan Mas
Willy Pecinta Sesma Jenis ( homo ). Padahal aku sudah tetapkan dalam
hati, bahwa Mas Willylah orang kedua yang boleh membawaku mengarungi
samudera kenikmatan.
Tapi
ternyata pikiran jelekku tidak terbukti. Kejadiannya waktu malam Minggu
Mas Willydatang untuk yang kesekian kalinya. Kami memutar film roman
percintaan, bibiku sejak tadi sudah masuk ke kamarnya tidak tahu
ngapain. Mungkin sengaja memberi kesempatan kepada kami anak muda yang
sedang dilanda asmara. Saat adegan percumbuan berlangsung, aku
meliriknya, kulihat wajahnya sedikit memerah dan celana panjangnya yang
berbahan tipis, kulihat sedikit menggelembung, akubimbang. Akhirnya
kutetapkan hatiku untuk memulai percumbuan dengannya tapi bagaimana
caranya?Aku ada ide agak tidak terkesan aku yang mau, aku harus
pura-pura sakit,
“Aduh Mas Wil ! kepalaku sakit sekali,” aku mulai menebarkan jaring,
Kupegangi keningku yang tidak sakit, pancinganku berhasil, Mas Willy menghampiriku,
“Kenapa Mbak?” tanyanya,
“ Kok, tiba-tiba sakit” Ucapnya,
“ Anu, Mas! tekanan darahku rendah, jadi kadang-kadang kambuh seperti ini,” aku terus merintih layaknya orang kesakitan,
Aku membaringkan tubuhku di sofa,
“ Mas, tolong bawa aku ke kamar,” aku semakin nekat,
Kulihat Mas Willy mulai kelabakan,
“ Tolong Papah ya aku, Mas!” pintaku kepada Mas Willy
Akhirnya
Mas Willy memapahku ke dalam kamarku, kutempelkan buah dadaku ke
punggungnya, terasa aliran kenikmatan di tubuhku. Dibaringkannya tubuhku
di ranjang tidurku, dan bergegas Mas Willy keluar,
“ Kemana, Mas?” tanyaku pura-pura lirih,
“ Aku mu bangunin bibi,”
“ Nggak usah, Mas, tolong keningku dibaluri minyak angin saja,” ucapku,
“ Minyak anginnya dimana? ” tanyanya,
“ Di meja Rias Mas ” jawabku,
Mas Willy dengan telaten sekali memijat keningku, kurasakan jarinya sedikit gemetar.
“ Mas tolong tutup pintu dulu, entar kalu bibi lihat aku jadi nggak enak,” aku baru sadar pintu kamarku masih melongo,
“ Oh iya.. TV-nya matiin dulu tolong Mas! ” pintak,
Mas
Willy beranjak mematikan TV, aku segera melepaskan pakaianku, hingga
tinggal Bra dan celana dalam saja, kututupi tubuhku dengan selimut, Mas
Willytelah kembali ke kamarku dan menutup pintunya.
“ Mas tolong kerokin aja deh! ” aku mulai memasang jurus,
“ Lho, pusing kok dikerokin? ” tanyanya dengan nada agak bingung,
“ Biasanya aku kalau pusing begini Mas!” aku berkilah tak mau kebohonganku terbongkar,
Mas Willy menurut, dan mencari uang logam untuk mengeroki tubuhku,
“ Jangan pakai uang logam, Mas! aku biasanya pakai bawang ” ucapku lagi,
Setelah
aku beritahu tempat bawang, Mas Willy kembali lagi ke kamarku, kali ini
kulihat wajahnya sedikit berkeringat, tidak tahu keringat apa. Segera
aku tengkurap.
“ Cepat, Mas, kepalaku tambah pusing, nih! ” ucapku,
Kemudian Mas Willy membuka selimut yang menutupi tubuhku, dan…
“ Hah… Mbak Linda, kapan melepas baju?” nadanya terkejut sekali ketika melihat aku yang sudah tidak pakai baju,
“ Tadi, waktu kamu keluar,” jawabku santai,
Hening sejenak, mungkin Mas Willy masih bimbang menyentuh tubuhku,
“ Ayo, Mas buruan !” suruhku,
“ Iya… maaf ya Mbak!” aku mulai merasakan dinginnya air bawang di pundakku, gemetarnya tangan Mas Willy terasa sekali,
“ Kenapa tangan Mas gemetaran? ” tanyaku,
“ Eee.. eee… , aku nggak biasa ngerokin solnya Mbak,” suaranya agak gugup,
“ Rileks aja Mas,” aku mencoba menenangkannya,
Akhirnya
gerakan tangan Mas Willysemakin lancar di punggungku. Aku mulai
merasakan bulu kudukku bangun, terlebih saat tangan Mas Willymengeroki
bagian belakang leherku. Segera aku membalikkan tubuhku, kini buah
dadaku yang besar tepat berada di hadapan Mas Willy,
“ Mbak, kalau ngerok depannya aku nggak berani,”
Aku sudah tidak mau bersandiwara lagi,
“ Mas, kalau depannya jangan dikerok, tapi dibelai,” kulihat wajahnya sedikit pucat,
“ Memangnya Mas Willy nggak mau?” aku menantangnya terang-terangan,
“
Aku nggak pernah, Mbak…” jawaban polosnya membuat aku sadar bahwa dalam
urusan seks ternyata Mas Willy tidak punya pengalaman apa-apa alias
perjaka ting-ting,
Berpikir
seperti itu, nafsuku kian bangkit, segera kudorong tubuhnya hingga
rebah di ataspembaringanku. Kubuka kancing bajunya dan melemparkannya ke
lantai.
“ Mbakk, jangan…” ujarnya,
Mas
Willy masih berusaha menolak, tapi aku yakin suaranya hanya sekedar
basa-basi, atau refleksi dari belum pernahnya. Aku mulai menciumi bibir
Mas Willy, kumis tipisnya terasa geli di bibirku. Tapi tak ada balasan,
“ Mas Willy kok diam aja sih,” aku bertanya manja,
“ Tapi, Mbak jangan marah.. ya ?” tanyanya bodoh,
Orang
aku yang minta kok aku marah? Mungkin disentakkan oleh kesadaran bahwa
dirinya adalah lelaki, Mas Willy langsung menyambar bibirku dan
melumatnya. Aku berteriak senang dalam hati, malam inilah dahagaku akan
terpuaskan. Ciuman kami berlangsung lama, jari-jariku bergerakmengusap
dadanya, putingnya yang hitam kutarik-tarik, sementara jari-jari Mas
Willy mulai membelai buah dadaku, usapannya pada puting buah dadaku,
membuat syaraf kewanitaanku bangkit, meskipun usapannya terasa agak
takut-takut tapi kenikmatan yang aku peroleh tidak berkurang.Apalagi
tekanan keras di pahaku membuatku segera sadar bahwa senjata Mas Willy
mulai bangkit. Satu persatu pakaian kami bergelimpangan ke lantai, kini
tubuh kami sudah bugil. Tubuhku ditindih Mas Willy, perlahan-lahan mulut
dan lidah Mas Willy mulai menggelitik puting buah dadaku, yang terasa
makin mengeras,
“ Mas… terusss… enak…” aku mulai merintih nikmat,
Tanganku
segera menggenggam senjatanya, tapi sungguh mati aku kaget dibuatnya,
besar sekali.Lebih besar dari punya almarhum suamiku. Aku semakin
bernafsu, kukocok perlahan senjatanya yangkeras dan kokoh, Mas Willy
merintih tak karuan. Hisapannya semakin keras di buah dadaku membalas
kocokan tanganku di senjatanya. Aku sudah tak tahan menunggu permainan
Mas Willy dibuah dadaku saja, nafsuku yang tertahan 3 tahun membuncah
hebat dan menuntut penyaluran secepatnya. Dengan penuh nafsu aku segera
ambil posisi di atas, tanganku terus mengocok senjatanya yang semakin
panjang dan membesar, lidahku mulai menjilati dadanya yang ditumbuhi
bulu-bulu halus, pada bagian putingnya kuhisap dan kugigit pelan,
“ Mbak … aku udah nggak tahan… ” Kupercepat gerakan tanganku,
Kulihat
muka Mas Willy semakin memerah. Mulutku yang mungil sampai pada
senjatanya yang kaku, kujilati seluruh batang senjatanya, kugelitik
haluslubang atasnya. Kumasukkan senjatanya ke dalam mulutku,
“ Uffhhh…” terasa penuh di mulutku, akibat besarnya senjata Mas Willy,
Mulutku
mulai menyedot-nyedot, sementara tanganku terus mengocok batang
senjatanya. Remasan tangan Mas Willydi rambutku semakin kuat, hingga
akhirnya saat kuhisap kuat dengan kocokankupercepat, aku merasakan tubuh
Mas Willy bergetar hebat dan…
“ Mbakkk…” Mas Willy menjerit,terasa cairan kenikmatan itu memenuhi mulutku, agak anyir, tapi aku menelannya sampai tuntas,
Memang
perjaka tulen, sebentar saja senjatanya sudah membesar kembali, dan
siap bertempur. Aku segera berjongkok di atas tubuhnya, kuarahkan
senjatanya yang besar di lubang kewanitaanku yang sudah basah. Perlahan
kuturunkan pinggulku, seret sekali, mungkin terlalu lama tidak dimasuki
senjata pria, apa lagi senjata Mas Willy yang besar dan panjang.
Akumerasakan sedikit sakit tapi lebih banyak nikmatnya. Saat bulu
kemaluan kami bertemu, dimana senjata Mas Willy amblas seluruhnya ke
dalam kemaluanku, sulit digambarkan kenikmatan yang aku dapatkan. Aku
diamkan sejenak menikmati denyutan senjata Mas Willy di liang
kewanitaanku. Kulirik wajah Mas Willy yang terpejam, mungkin menikmati
remasan kewanitaaanku di seluruh batang senjatanya.
Perlahan
aku gerakkan pantatku naik turun, kian lama gerakan pinggulku kian
buas, aku sudah tak dapat menguasai lagi nafsuku yang sudah tertahan,
sesaknya senjata Mas Willydi kemaluanku ditambah cairan pelumas dari
tubuh kami masing-masing menimbulkan suara-suara birahi seirama dengan
gerakan pantatku. Akhirnya…
“ Mbakkk… aku nggak tahan…” ucpnya,
Aku
rasakan semburan hangat di kewanitaanku, aku semakin cepat menggerakkan
pinggulku meraih puncak kenikmatan yang tinggal selangkah lagi, tapi
senjata Mas Willy keburu melembek hingga akhirnya mengecil. Aku tambah
panik dan histeris dengan nafsuku yang tergantung. Aku mencoba
membangkitkan kembali nafsu Mas Willy, tapi setiap kali aku mau orgasme,
Mas Willy selalu mendahuluiku. Sampai sekarang meskipun kami jadi
sering berhubungan badan tapi belum pernah sekalipun aku orgasme. Kalau
baru pertama aku masih bisa terima, tapi sudah yang kesekian kalipun
masih begitu. Entahlah, kalau buat keperkasaan. Mas Willy jauh dengan
almarhum suamiku yang dapat membawaku ke puncak orgasmeku hingga
berkali-kali. Selesai.