Birahi Sex Tukang Pijit Mudah Seksi | CERITA SEX


PornDewasaX3 - “Pak bisa minta tolong untuk panggilkan Mbok Parmi tukang urut itu?? Badanku agak pegal-pegal dan mau masuk angin nih” kataku dengan minta tolong.

Pukul 7.25 – ada suara ketukan pintu depan dan akupun langsung bergegas keluar, ternyata yg dateng Pak Juwanto dgn wanita muda lumayan cntik bersih orangnya, tertegun aku jadinya.

“Mas Wawan, ini anaknya Mbok Parmi, terpaksa saya bawa karena ibunya baru pulang kampung beberapa hari, tp dia bisa mijit kok, walaupun gag sepinter ibunya.” kata pak Juwanto cepat sebelum aku tanya dan ngomel karena tdk sesuai dgn perintahku.
“Ya udah, silahkan masuk” kataku mempersilahkan.
“Saya balik dulu kepangkalan Mas” pamit pak Juwanto.


Seperginya pak Juwanto langsung tanpa banyak bicara aku berjalan ke kamarku dan anak Mbok Parmi langsung mengikutiku dari belakang.

“Siapa namamu?” tanyaku memecah keheningan.
“Dewi Mas” sahutnya pendek.

Sampai di kamar aku langsung buka baju, dgn bertelanjang dada seperti biasa kalo diurut sama Mbok Parmi, tetapi biasanya aku buka sarung tinggal CD saja, kali ini aku biarkan sarung tetep nempel pada posisinya karena tengsin aku sama cewek muda ini.

“Minyak urutnya ada di meja belajar” kataku sambil langsung tiduran tengkurap.

Tangannya mulai memegang telapak kakiku, terus kebetis, memijat sambil megurut, sama persis dgn apa yg dilakukan mbok parmi padaku. Mbok Parmi emang sdh langganan sama keluarga Bang Herman, jadi aku jg sdh sering ngurut sama dia. Tp walaupun cara ngurutnya sama, tetapi serasa berbeda, tangan ini lebih halus dan hangat rasanya.

“Permisi Mas” katanya membuyarkan lamunanku yg baru mulai berkembang, sambil menyingkap sarungku lebih tinggi, hingga ke pangkal pahaku.

Urutannya sdh sampai pada paha, sesekali agak tinggi menyentuh pangkal bokongku, agak ke tengah, seerrrrr, rasanya ada Greng, akupun terus saja memejamkan mata sambil menikmati pijatan dan membayangkan kalau terjadi hal-hal yg diinginkan.

“Duuuhhhhh,” aku setengah menahan sakit ( padahal cuma pura-pura ), soalnya biasanya Mbok Parmi kalo aku kesakitan malah dicari yg sakit dan dipijat lebih lama sehingga enakan, eh, betul jg dia melakukan hal yg sama, tp karena test tadi aku ucapkan pada saat dia mengurut belakang lututku, maka dia sekarang mengurut lebih lama di sana.

Wah bisa kalo gitu pikirku, lalu aku merancang yg lebih dari pilot project ini.

“Jgn diurut gitu, sakit diurut saja pake minyak urut” kataku sambil tak lupa berpura-pura sakit.

Dia ambil minyak urutnya dan mulai mengurut serius di situ. Lama cukup dia mengurut di situ terus sekarang sdh mulai menjalar lagi, paha, betis, sampe telapak kaki, pas kembali ke paha dan kali ini agak terlalu dalem, aku langsung teriak tertahan, seakan kena bagian sakit lagi.

“Yang mana mas?” tanyanya.
“Agak kedalem sedikit” kataku sambil memegang tangannya dan membimbing pada posisi yg aku mau, letaknya persis di pangkal paha tengah pas jadi kalo diurut-urut yg kena buah zakarku, sengaja aku mengarahkan ke depanan, biar makin pas, lama dia di situ.
“Kasih minyak urut donk” pintaku, pada saat dia ambil minyak urut,

Satu tanganku dgn cepat menyingkap CD ku supaya kemaluanku keluar dari CD dan bebas, benar jg pada saat tangannya mengoleskan minyak sdh langsung ke buah zakarku, supaya buah zakarku mangkin leluasa dan makin mudah diurut,


“Ati-ati jangan kena celananya, nanti kena minyak urut semua” kataku pura-pura bingung kalo CD ku kena minyak urut padahal mauku supaya dia membuka lebih lebar CD ku, dgn tangannya, beberapa saat kemudian dia bilang
“Maaf Mas, CD nya dibuka aja, soalnya nanti kena minyaknya, saya sdh coba menghindari tp susah, Masnya pake sarung aja. ” kata dia mengagetkanku, kaget karena gak nyangka dia bilang gitu.

Akupun berdiri dan melepas CD ku, kembali pada posisi semula aku tengkurap, lalu Dewi menyingkap kembali sarungku, hingga ke bokong, aku menahan pada posisi agak nunging supaya makin luas bidang yg bisa dicapai tangan Dewi.

Benar jg lama dia mengurut, meremas bijiku, sampe aku sendiri sdh gag karuan rasanya konak banget.

“Agak kebawah dikit,” pintaku, dia rogoh makin dalem sampe pangkal gagangku kena pegang, diurutnya dgn agak susah karena dari pangkal gagang sampe setengah diurut semua,
“Mas kalo bisa balik badan, soalnya susah mijitnya kalo gini” pintanya, dgn senang hati aku turuti.

Aku berbalik badan dan kemaluanku masih tertutup kain sarung, dgn merogoh dia pegang lagi posisi yg sama.

Diurut-urut, sepertinya aku merasa gayanya seperti setengah ngocok, tap Dewi kayaknya lagi ngurut, dgn matanya melihat sekeliling kamar, ngelamun kali, aku goyangkan pinggul sedikit supaya tanganya terpeleset ke atas, ternyata berhasil, dia lebih banyak ngurut kemaluanku, 3-4 menit berlalu dia sepertinya gag sadar, tp lama-lama aku merasa dia bukan ngurut atau ngurut, melainkan benar-benar ngocok batang kemaluanku, walau tdk digenggam, tp cukup mantap,

Aku sengaja bergerak sambil sedikit menarik ke atas posisi sarungku, sehingga dapat terlihat sekarang tangannya yg sedang ngocok batang kemaluanku, merasa tangannya tdk lagi tertutup sarung, dia lihat posisi tangannya dan saat itu seakan baru sadar dia melihat apa yg selama beberapa menit ini diurutnya, tp dia tdk berhenti, matanya mulai ngelirik ke aku.


Dan tanpa expresi, dia teruskan mengocok, kali ini tangannya lebih mengenggam batang kemaluanku, jadi aku pastikan dia memang sengaja, jadi dgn sedikit ragu, aku letakkan pada pundaknya, saat mengurut tadi, posisi dia berlutut di samping ranjang jadi kalo aku taruh tangan ke samping langsung jatuh di pundaknya dan langsung aku geser turun ke dadanya dan dia diam saja.

Aku remas buah dadanya, jadi aksi meremas dan menocok berjalan terus beberapa menit, sampai tiba-tiba kepalanya ditundukkan rupanya tanpa basa basi lagi dia cium batang Kemaluanku, terus dilanjutkan dgn menyepongnya. Dia sadar bahwa dia dan aku telah sama-sama Dikuasai nafsu sex, maka tanpa perlu meminta ijin lebih jauh, aku coba untuk membuka baju atasnya, malah dia mambantunya, sehingga dia bertelanjang dada,

Bra nya pun telah dia lepas dan buah dadanya yg besar montok itu di sodorkan kearah mulutku, langsung aja aku hisap putingnya,. wow, nikmatttt,. kepalanya lalu direbahkan pada pundakku, sehingga kami seperti setengah bergumul karena kakinya masih di bawah, kamipun berciuman lembut, lalu aku bangkit dan mengangkat tubuhnya menaiki ranjang.

“Dibandingkan Ibu mu lebih enak urutanmu ya” kataku ngaco, setelah tau dia seperti itu.
“Gag tau Mas, terlanjur kebawa.” dia tak melanjutkan kata-katanya.

Aku asyik menciumi sekitar belakang telinga, samping leher, kadang mendenguskan nafas hangat ke telinganya. Dia sdh tampak merancu dgn desah dan erangannya yg makin membuatku di awang, Aku bangit dan memiringkan tubuhnya, kaki kirinya aku letakkan pada pundak kananku, dgn posisi yg agak miring itu aku gesek Kemaluanku pada gerbang Kemaluannya .

Beberapa saat aku gesek dia mulai mengerang pelan, kemudian aku tata kepala kemaluanku pada gerbang lubang Kemaluan, yg jelas sekali sdh sangat lembab dan sedikit basah, aku coba tekan, wah, kok sempit sekali, tp beberapa kali coba, Akirnya berhasil jg mencapai setengah badan batang kemaluan amblas dalam lubang kegelapan, tampaknya di dalam agak kering, maklum tumitnya kurus kecil, tandanya kalu barangnya cenderung kering, Erangannya walau perlahan masih terus tanpa henti sedari tadi, menambah hangat suasana, terus aja aku goyang sampe cukup lama sebelum aku akhirnya minta pindah posisi.

Sekarang kedua kakinya aku pangul di kedua sisi pundakku, ayunan makin ganas karena posisi yg lebih leluasa, dan lubang kegelapan makin lama makin licin, rupanya dia telah beberapa kali mengeluarkan pelumas, walau bukan orgasme,

“Kamu sekarang nungging” perintahku.

Saat Dewi nungging, aku tekan pundaknya ke kasur dan sisa pantatnya aja yg nungging, dgn sedikit rubah gerak, aku masukkan lagi kemaluan jagurku, kali ini lebih sensasional, aku pegangan pada pinggulnya yg cukup gede, dan ayunan makin bebas terkendali, beberapa kali hampir terlepas,

Tp karena besarnya batang Kemaluanku maka agak sulit jg terlepas secara keseluruhannya, lelah dgn gaya nungging, aku rebahan dan aku suruh dia menaikiku, dia naik dgn membelakangi aku, pada saat amblasnya gagangku kali ini diiringi dgn nafas tertahannya, kali ini mentok abis.

Dewi diam sejenak sambil merenungi kenikmatan yg tiada tara. Aku mulai ambil inisiatif untuk menggoyang, lalu Dewipun ikut bergoyang,. kali ini putarannya melingkar, nikmat sekali, yg aku rasakan, lobang yg sempit, hangat, dan cenderung kering,


Tiap kali dia berputar pinggul aku merasa ada sesuatu nabrak kepala kemaluanku, pasti mentok dan dia pasti gag akan lama untu mencapai titik orgasme demikian pikirku. Benar saja dugaanku, Dewi tampak kejang keras sambil mengucapkan kata-kata yg tdk jelas apa maksudnya, cukup lama jg seperti itu.

“Aaaaaaaa.duuuuuuu..uuuuhhhhhhhh Mas..mmmmpppphhhh.. lemes kakiku rasanya..aku gag kuat lagi gerak..” demikian katanya.

Aku coba untuk bangun dan menunggingkannya, lalu aku hajar lubang kemaluanya dgn lebih cepat dan keras, sampai terasa panas rasanya batang kemaluanku, dan akhirnya aku sdh hampir nga’ bisa lagi menahan,. lalu aku cabut dan bilang pada Dewi

“Dewi, kamu menghadap ke sini, buka mulut kamu” dan rupanya Dewi mengerti yg aku mau, dgn lemas dia berbalik badan dan membuka mulutnya.

Karena ketakutan akan tdk keburu, maka aku segera saja memasukkan batang kemaluanku dalam mulutnya yg mungil itu dan aku goyang maju mundur, beberapa kali dan keluarlah, creeetttt… creeeee.tttt… creettt…Aku jatuh kecapaian, di sampingnya,

“Dewi, gimana barusan?” tanyaku memecah keheningan.

“Nikmat sekali Mas, sampe lemes kakiku, udah gag tau berapa kali keluar” jawab Dewi sambil males-malesan dalam pelukanku.

Dan kami berdua tiduran sejenak dalam penat nikmat yg tersisa. Sampai pada saat aku terjaga merasakan paha kananku ada sesuatu yg meraba, aku coba walau males, ‘tuk membuka mataku dan, benar-benar terbelalak jadinya, saat tau apa yg menyentuh pahaku.

Dia Meta, adik ipar kakakku, Herman, aku sangka dia ada di rumah temennya, dan yg lebih mengejutkanku adalah, dia lihat aku mendekap cewek dan dalam keadaan tealanjang berdua.

“Wawan, loe gila ya, beraninya gag ada orang masukin cewek, gw bilangin Bang Herman” katanya dgn mata melotot.
“Hei, Met, denger dulu” kataku sambil mencoba bangkit dari tidurku, saat itu pula Dewi bangun karena dengar suara orang lain di kamar itu, dia berusaha meraih kain seadanya untuk memutupi tubuh bugilnya sambil bertanya
“Dia siapa Mas ? ”
“Dia ini Meta, adik ipar kakakku” jawabku pendek.
“Jangan gitu donk, masa loe gag kompak ama gw” jawabku mohon pengertiannya.
“Iya boleh aja gw gag bilang Abang asal gw boleh lihat loe berdua main sekali lagi, gimana?” tanyanya.


Aaahhhhh ni anak pikirku pasti gampang dech kalo udah gini, paling banter ntar dia pasti gag kuat nahan nafsunya sendiri, demikian pikirku.

“Okey, Dewi, yuk kita tunjukkan pada Meta, apa yg kita baru kerjakan tadi, kita ulang lagi yuk” ajakku.
“Mas malu saya nggak bisa” aku rada bangun untuk mencium Dewi.
“Udah kamu merem aja dan anggap cuma kita berdua dalam kamar ini” kataku menenangkanya.

Dan akupun mulai merangsang Dewi dgn ciuman lembut, sambil tanganku berusaha meraba bagian-bagian sensitifnya, beberapa saat berlalu Dewi mulai terbawa, dan mendesis halus, aku rasakan tangan Meta mencoba meraih batangku dan meremas-remasnya, sesekali mengocoknya hingga siap tempur.

Setelah segalanya siap, akupun mulai ambil ancang-ancang untuk memasuki Dewi untuk sesi kedua, pada saat gagangku amblas, Dewi dan Metapun seakan menahan nafas, rupanya Meta telah terlarut dalam pemandangan depan matanya.

Permainanku dgn Dewi berlangsung beberapa gaya, dan tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 9.47, saat itu Meta telah bugil di samping tubuh Dewi yg sedang aku tindih, lalu tangan kiriku pun mulai merayap ke buah dada Meta, wah nikmat sekali, aku pilin-pilin putingnya dan diapun mengerang nikmat.

Sambil terus menggenjot Dewi, aku cium jg bibir Meta dan singkat kata, pinggangku ke bawah menghabisi Dewi sedang pinggangku ke atas menyerang Meta,. keduanyapun mengerang seru malam itu, makin keras erangan mereka berdua bersahutan makin nafsu aku dibuatnya, terakhir sdh tdk kuat lagi menahan gejolak, aku genjot makin keras si Dewi dan diapun mengerang panjang sambil kejang mendekapku.

Saat itu kami orgasme bersamaan, sedang Meta masih belum mencapai walau hampir, erangan kami berdua membakar nafsunya, segera saja Meta memerintahku untuk menghisap meqinya sampai keluar, demikian perintahnya.

Akupun langsung memutar badanku untuk mencapai lubang kemaluan Meta yg sdh sangat basah tadi,. tp batang kemaluanku tetap tertanam dalam Dewi. Kumainkan lidahku pada lubang meqinya dan sesekali pada tombol di atas lubang tersebut sampe Meta menggelinjang kejang dan,. lemas puas.

10 menit kami masih rebahan tumpang tindih sampe aku bangkit dan mencuci kemaluanku, lalu kukenakan pakaianku dan kusulut segagang rokok sambil ngeloyor kejalanan, mencari pak Juwanto.

“Pak, anaknya Mbok Parmi gag usah ditunggu pulangnya, dan tolong bilangin orang rumahnya kalo dia gag pulang karena disuruh nemenin Meta” alasanku sengaja aku tdk sebut nama Dewi supaya terkesan masih asing buatku.

Setelah itu aku balik lagi ke rumah dan cuci kaki lalu join bobok bertiga, ntar malem coba aku gerayangi Meta ach, sapa tau aja dapet nyobain rasanya, pasti asyik dan berarti pula dalam rumah ini ada beberapa stok lubang kenikmatan yg bisa dipake bergantian, khan asyik kalo butuh ngesex gag usah nunggu lama-lama.