PornDewasaX3 - Cerita ini berawal ketika kantor aqu mengadakan workshop (jalan-jalan tahunan) dan waktu itu tujuan kami adalah hotel Novus, Puncak. Adalah salah satu kawan bernama Kharisma (panggilan Kharis) yg masih single juga sama seperti aqu. Dia berusia satu tahun dibawah aqu dan belum berkeluarga juga. Terus terang aqu heran melihat dia. Secara fisik Kharis orangnya tergolong cantik, rambut panjang sebahu, wajah oval, kulit kuning langsat cenderung putih mulus, dgn payudara yg besar menantang. Dan yg paling membuat aqu berdehem dalam hati kalau melihat pinggul dan bokongnya yg besar dan membulat mencetak celana dalam ukuran mini yg selalu dia pakai jika di kantor. Itu selalu aqu perhatikan setiap hari bahwa ukuran roknya selalu kekecilan dgn pinggul yg indah jika sedang berjalan.
Satu minggu sebelum berangkat Workshop, kami sempat makan siang bersama disebuah restoran dalam gedung kantor kami. Setelah ngobrol kesana kemari akhirnya subject pembicaraan mengarah ke workshop.
Aqu bertanya, “‘Ntar workshop gimana kamu?”.
Kharis menjawab dgn wajah yg lesu, “Ach, nggak tau juga Di, aku lagi bete nich, kayaknya kesana lumayan buat nyegerin pikiran aku.”
“Lho emangnya ada apa,”tanyaku menyelidik.
“Aku abis putus ama cowok ku soalnya dia selingkuh, maen belakang, trus ketauan ama aku,”celetuknya dgn muka sedikit memerah menahan marah.
“Ya udah,” sambungku “Ntar aqu temenin kamu disana biar ngelupain dia.”
Dia tersenyum sembari bilang, “Tapi aku lagi mo sendiri Ardi.”
Aku tak kalah gesit menjawab ucapannya, “Iya Ris, Aku juga lagi mo sendiri aja ‘en rencana ntar aku mo sewa kamar sendiri aja, kalau kamu mo gabung aja kita bisa ngobrol ampe malem keluarin semua unek-unek yg ada dikepala kita masing-masing.”
Aku terus menjelaskan rencanaku minggu depan dihotel tersebut. Dan tak diduga respon dari Kharis, “bOleh juga tuh Di, aku emang butuh itu enak kali yah ngobrol ngobrol kita berdua sampe malem”. “Iya, sekalian kalau kamu mo, aqu juga nggak keberatan ngelonin kamu tidur,” candaku kepadanya.
“Ha, gila kamu” mata Kharis memancarkan arti yg tak dapat aqu cerna.
Satu hari sebelum berangkat kami didata ulang oleh panitia, menygkut pembagian kamar tidur. Sudah menjadi tradisi kantor kami, bahwa satu kamar berdua, dan diatur oleh nomor nomor kamar yg ada. Aqu berdua dgn kawan aqu Hendra, dan Kharis waktu itu terdata satu kamar bersama Wina. Dan tibalah waktunya bahwa kami satu kantor berangkat menuju hotel Novus ada hari Sabtu bersama sama dgn menggunakan satu bis besar. Kantor kami hanya berjumlah total 50 orang bersama orang asing juga. Rupanya dalam batas akhir sebelum naik ke bis, ada dua orang yg batal ikut karena alasan keluarga, mereka adalah Tiara, dan Wina. Wina?, bukannya Wina satu kamar dgn Kharis, dan berarti nanti Kharis sendirian dong dikamar. Pendulumku langsung bereaksi mendengar kabar tersebut. Sembari mengisi waktu, kami banyak bersenda gurau dalam perjalanan hingga akhirnya tiba tepat makan siang di hotel. Setelah kami makan dgn lahap, kami diberikan kunci kamar oleh panitia dan langsung check-in ke dalam kamar masing masing.
Sore harinya kami memanfaatkan kolam renang yg ada di hotel untuk bermain main. Dapat aqu lihat Kharis yg sudah memakai pakaian renang yg seksi. Uh, bukan main indahnya, aqu betul betul terangsang melihat keadaan Kharis seperti itu. Otak kotorku mulai bekerja supaya bagaimana dapat tidur dgnnya malam ini. Dalam kumpulan laki laki ada Pak Kardi yg nyeletuk kepada kawan laki laki berkata, “Waduh si Kharis kalo abis berenang gue mo tuh mandiin dia.” Sembari matanya juga tak lepas dari gerakan bokong Kharis yg berlenggang lengok kekiri kekanan mengikuti irama langkahnya.
Ketika Kharis sudah selesai bermain dikolam renang dan akan kembali ke kamarnya, akupun mengikutinya seakan akan akupun sudah selesai dan ingin mandi. Sembari berjalan dibelakangnya, aqu melihat celana dalam mini berenda yg dipakai Kharis tercetak jelas oleh baju renang tipis yg berwarna ungu.
“Waduh, kok cepet selesainya Ris,” celetukku sembari berjalan disampingnya.
Kharis menjawab, “Habis aku nggak tahan airnya terlalu dingin.”
Sembari dia menyilangkan tangannya dikedua belah dadanya yg padat montok tersebut.
“Trus kamu ngapain juga selesai,” tanya dia lanjut.
“Akh, aku udah bosen mendingan mandi air hangat terus nunggu makan malam, khan enak tuh”.
Lalu pembicaraan kami terpisah ketika Kharis harus mengambil arah kekiri dan aqu kekanan sembari berucap,
“Sampai nanti ,. dagg”.
Waktu menunjukan pukul delapan, setelah perut aqu isi dan kenyg sekali rasanya. Makan malam dihotel ini terasa nikmat sekali. Aqu melihat sudah beberapa kali Kharis menguap dan kemudian pamit dari kerumunan anak anak untuk pamit ke kamar. Dalam perjalanan ke kamarnya, dia ada melihat aqu dan kemudian mengerdipkan mata seperti memberi tanda ke aqu. Dgn sedikit tegang aqu berpura pura seolah aqu pun capek setelah bermain seharian dgn kawan kantor dan ingin tidur.
Pada sore hari aqu sudah memberitahu ke Hendra (kawan sekamar aqu) bahwa mungkin aqu akan begadang keluar hotel, jadi nanti dia tak kawatir atau curiga kepada aqu. Dalam perjalanan dari restoran ke cottage agak jauh.
Kharis berjalan kecil sendiri dan aqu dgn cepat mengejarnya, dan menyapanya,
“Ris, udah ngantuk ya aqung, mo tidur..”
Kharis menyahut, “Iya nih, nggak tahu kenapa nich badan semua jadi pegel semua, mungkin tadi renangnya kebanyakan kali.” Sembari berkata begitu, dia mengusap usap belakang lehernya sembari kepala digelengkan kekiri lalu kekanan.
“Makanya kamu juga sih terlalu over berenangnya, kamu kebanyakan diliat ama temen temen cowok lagi pas kamu berenang,” sahutku.
“Hm, aku tahu, justru karena mereka aku jadi lebih semangat,” kata Kharis sembari masih tetap mengusap leher belakangnya.
“Kamu mo aqu pijit pijit kecil Ris,” kataku sedikit berani.
“Hhh, boleh juga, tapi cuman di leher sama sekitar pundak yah,” sahutnya sedikit lemah.
Tak lama kami sudah tiba didepan pintu kamar Kharis. Setelah dia membuka pintu kami berdua langsung masuk, aqu sempat melihat pada sudut mata Kharis ketika dia tutup pintu, matanya seperti melihat kiri kanan takut takut kalau ada orang disekitar yg melihat kami.
Dalam kamar Kharis mempersilahkan aqu duduk sembari dia permisi sebentar ke toilet. Sembari menunggu Kharis aqu menonton TV yg ada dikamar. Tak begitu lama, Kharis sudah keluar dan telah berganti baju tidur daster. Daster yg dipakai berwarna kuning dgn ukuran yg dapat aqu katakan mini. Kenapa demikian? Daster tersebut hanya sebatas setengah pahanya saja dan berenda kuning juga, kemudian di pundaknya hanya mengenakan satu tali saja. Payudara yg ranum menantang sekali dgn dua puting yg mencuat. Gila bukan main, dia sudah tak memakai BH, tapi masih memakai celana dalam.
Celana dalam itu jelas tercetak menerawang tembus pandang dari daster kuning tersebut. Celana dalam Kharis juga dalam ukuran yg sexy, mini CD warna putih, kontras dgn daster yg dipakai. Sebelum aqu memberi komentar, Kharis sudah berbicara,
cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas
“Ardi, kamu jangan salah sangka dulu, aqu pakai ini supaya kamu mudah pijat leher dan pundak aqu, lagi pula aqu juga tak bawa baju tidur lain selain yg ini, mudah-mudahan kamu tak keberatan.”
“Oh, tentu tak dong Ris, suka suka kamu aja, yg penting bajunya jangan menggangu pijat memijat,” kataku sembari menelan ludah beberapa kali.
Kharis tersenyum lagi dan berkata, “Kamu pijet aqu pake kaos lengan panjang apa tak mengganggu, apa lagi nanti kamu naik ke ranjang kalau perlu, keliatannya celana panjang kamu juga ganggu, apa nggak lebih baik ganti yg pendek atau dilepas sekalian?”
Aqu bengong atas ucapannya, lalu aqu katakan, “Betul juga Ris, aqu buka kaos aja deh,” sembari aqu mengangkat koas aqu sehingga aqu sudah bertelanjang dada, dan kemudian Kharis melihat ke celana panjang aqu sembari mulutnya sedikit dimonyongkan. Aqu pun membuka celana panjang aqu, dan hanya tertinggal celana boxer aqu. Kharis tersenyum puas setelah melihat aqu akan mudah nanti memijitnya. Dia langsung naik ke ranjang dan berbaring terlungkup, sembari memanggil nama aqu, “Di, ayo dong mulai, badan Kharis makin pegel nih”. Mendengar rengekan Kharis aqu langsung naik ke ranjang dan memulai aktivitas dgn memijit Kharis.
Sungguh sempurna tubuh Kharis dari belakang. Mimpi apa aku semalam sehingga Kharis begitu pasrah memberikan sajian gratis seindah ini. Kulit yg mulus dgn pinggang ramping, pinggul yg besar dgn buah bokong yg membulat mumbul tinggi. Dapat kulihat dgn jelas belahan bokong Kharis yg dibalut dgn CD mininya. Sebentar saja tangan aqu sudah memijat bagian leher yg tegang, dan seeskali kebawah meijat pundaknya. Kharis terkadang bersuara mendesah ketika tangan aqu sedikit keras memijitnya,
“Uh, oh, hmm,” desahnya putus putus, membuat aqu makain panas saja.
Adik kecil dibalik celana boxerku sudah mengacung keras siap tempur, entah apa yg sedang dipikir Kharis sekarang.
Kemudian setelah kurang lebih 4 menit, Kharis minta dipijit agak kebawah. Dgn yakin tangan aqu kedua duanya merayap ke bawah, dari arah ketiak terus turun kebawah. Sembari sekali kali jari jemari aqu dgn nakalnya menyentuh dari samping kedua bukit ranum yg mengembung keluar kesamping karena tertindih tubuhnya. Aqu terus terang sudah tak ada pikiran positif, otak ngeres aqu terus bermain main fantasi, hingga suatu ketika,
“Di, pijatan kamu enak deh sekarang Kharis minta dipijat bagian depan ya aqung,” sahut Kharis sembari membalikan tubuhnya kedepan.
Waduh mak bukan main waktu itu aqu betul betul tak tahan aqu langsung meraba kedua belah susunya yg tegak menjulang, hal yg membuat Kharis langsung kaget.
“Mardi,.! aqu minta tolong kamu untuk pijat aqu kenapa kamu memanfaatkan itu dgn meraba tubuh aqu,” hardiknya.
Langsung aqu kaget, aqu kira dia minta lanjut dalam permainan tersebut ternyata dia memang betul betul minta dipijit. Langsung aqu minta maaf kepadanya,
“Waduh maaf deh Ris, aku kelepasan, maklum deh tubuh kamu ranum sekali, sexy apalagi dgn itu (sembari menunjuk kedua payudara Kharis) yg mancung bikin aku jadi geregetan mo iseng.”
“Maaf ya sekali lagi Maaf,” kataku dgn penyesalan.
Kharis yg melihat aqu begitu agak melunak tapi kemudian dia menangis sembari berkata, “uhh, hh, hg hg hg,. emang setiap laki laki yg mo sama Kharis cuman mo tubuh Kharis aja, ini juga terjadi dgn cowok Kharis yg dulu, monya making love terus sama Kharis, nggak ada perasaan sama sekali.”
Aku terhenyak, ternyata wanita didepan aqu ini memang sudah pernah melakukan hubungan suami istri sebelum menikah, dan pendulumku kembali kontak. Dgn gaya yg gentle aqu memeluk dia dari belakang dalam posisi duduk, tangan aqu berada di perutnya sembari berkata,
“Kharis, aku tuh memang udah salah, kamu Maafin ya, aku janji pokoknya malem ini kita cuman aqung aqungan aja deh nggak sampe kelewatan,” kataku menenangkannya.
Dia menengok ke belakang hingga wajahnya dekat sekali dgnku dan berucap,
“Bener ya janji, kamu cuman kelonin aku aja nggak sampe kebablasan?”.
Aku mengiyakan dgn anggukan kepala sembari mencium kecil pipi kanannya.
Dia tersenyum, kemudian membalas mencium kecil bibirku. Aku pun serta merta tangan kanan mulai naik dari perut meraba payudara yg menggantung tersebut. Kharis menutup mata merasakan kenikmatan tersebut, kemudian dgn itu juga aku mencium bibirnya yg sensual, sembari sesekali kuhisap bibir bawahnya dan lidahku menjelajah ke rongga giginya dan menghisap lidahnya.
Kharis benar benar menikmatinya, maka setelah melihat lampu hijau seperti itu, kedua tanganku sudah berada pada dua payudara ranumnya. Oh alangkah nikmatnya tanganku bermain disana, meremas remas sembari kupelintir kedua puting susunya dgn ibu jari dan telunjukku. Kharis terkadang bergetar tubuhnya ketika kombinasi yg kulakukan yaitu meremas sembari memuntir puting susunya. “Ah, Ardi kamu pinter bikin aku terangsang ya, ingat lho kita nggak boleh lebih jauh dari ini,” kata Kharis mengingatkanku.
“Iya dong aqung aku pasti inget, khan ada kamu juga yg ngingetin!”
Sembari berkata begitu aku membaringkan tubuhnya diranjang dan aku dari belakang langsung ke depan menindihnya sambih terus melanjutkan meremas dan mencium bibir sensual nan menggairahkan tersebut. Kharis masih terus mengingatkan, namun bahasa tubuhnya lain. Alat kelamin kami sudah bersentuhan, dimana gagang kemaluanku yg sudah keras menggesek bibir luar kemaluannya dan gerakan kami seperti orang yg sedang bersenggama. Aqu mendorong kebawah, Kharis mendorong pula bokongnya yg tembem keatas, aqu tarik pinggang aqu, dia pun demikian.
Ketika mulut aqu sudah mulai menjalar kedadanya dia mulai protes.
“Mardi, kamu nggak boleh kesana aqung, ohh, hh!” desah Kharis tapi tangannya sama sekali tak menutupi dadanya.
Aqu menjawab dgn lembut, “Kharis aqung, kalau peting cium atau jilatin nenen aja boleh dong, khan nggak kenapa napa?” aqu mencoba tawar menawar dgnnya.
“Ohh, kamu katanya kelonin aku, kok sekarang kita peting sih? ” rajuknya dgn muka bersemu merah menahan birahi yg terpancar keluar dari tubuhnya. Tanpa menunggu alasan lagi dari si cantik itu langsung mulutku menjilat puting susu yg memerah muda, karena birahi sembari aku menyedot putingnya bagaikan anak kecil yg sedang netek keibunya. Kharis menggigit bibir sendiri menahan luapan emosinya yg meletup letup kian besar. Oh nikmatnya tiada tara menjilati dan menyedot susu seorang Kharis.
Kaki Kharis sudah menyepak kesana kemari membuat daster yg dikenakan tak bisa menutupi bagian bawahnya. Terus terang sembari menjilat, aqu memperhatikan gundukan yg tembem di bawah pusar yg bagai kue apem mumbul dgn sedikit rambut rambut kemaluannya yg menyembul keluar menambah indahnya pemandangan tersebut. Pinggulnya bergerak tak menentu membuat indahnya pemilik gundukan tersebut.
“Hhh, Mardi.. hh enak aqung”, erang Kharis.
Mendapat respon seperti tangan aqu secara reflek mulai turun menjelajah dari payudaranya ke bawah perut, mengusap daerah pusar yg rata nan halus, kemudian turun lagi dibawah pusar yg ditumbuhi rambut rambut halus, kemudian meraba daerah selangkangan Kharis yg wow bukan main empuknya.
Aku tekan sekali sekali sembari kuremas secara acak. Hal ini menyebabkan gerakan pinggul Kharis yg makin panas. Suasana alam puncak pada malam hari yg dingin, tak dapat membuat tubuh kami berdua kedinginan malah justru sebaliknya. Aqu dapat melihat butiran butiran keringat birahi yg menetes dari dahi Kharis yg sedang membasahi rambut panjang dan indah itu.
Oh.. aku benar benar makin terbawa emosi birahi yg menggebu. Kharis antara sadar dan tak masih mengingatkan aqu,
” Di, kamu nggak boleh buka CD aku yah.. kita khan udah janji cuman peting aja,” katanya sembari menahan sesuatu dalam tubuh yg bergelora.
“Oke Ris, aku buka daster kamu aja yah, liat tuh udah nggak karuan bentuknya aqung,” sahutku mencoba menawar.
Dan berhasil. Kharis sendiri yg meloloskan dasternya, dia angkat dari bawah dan dinaikkan lewat lehernya. Berarti keadaan kami sekarang hanya masing masing tinggal celana dalam saja. Kami langsung berpelukan sembari berciuman panjang, oh nikmatnya dapat memeluk Kharis dalam keadaan begini. Kulit kami langsung bersinggungan tanpa ada pemisah lagi. Setelah pelukan plus ciuman aku rasa cukup, tanganku mulai bermain ke arah selangkangan Kharis dgn mengusap lembut naik turun melewati belahan kemaluannya. Dari luar celananya aqu bisa merasakan bahwa didalam sudah lembab sekali, tentu banyak cairan yg sudah keluar dari lubang kemaluannya. Kemaluan Kharis benar benar tembem aku rasa kalau aku benamkan milikku ke dalamnya pasti nikmat sekali.
Karena Kharis menggunakan CD mini yg memang kurang bahan untuk menutupi kemaluannya, jari aqu dgn mudahnya dapat melesat masuk melalui samping selangkangan dan bermain di sana, sebentar kemudian keluar lagi tanpa sempat Kharis protes pada aqu untuk tak boleh melakukannya. Sesekali jari aqu bermain pada bibir kemaluannya agak lama setelah dia membuka suara,
“Di, jangan nanti aku keterusan.. ohh,” sembari meliukan pinggangnya bergoyg goyg.
Aku tetap tenang mengelus bahkan waktu tangannya ingin mengeluarkan tanganku dari dalam CDnya seluruh jariku masuk dan meremas kemaluan Kharis dgn lembut. Hal ini membuat Kharis melenguh keras, dan lupa untuk melarang aqu. Sembari tangan-tangan meremas kemaluan Kharis, tangan kiri masih terus aktif memerah susu ranum baik yg kiri mopun yg kanan sembari dibantu oleh mulutku untuk mengisap bibir dan salah satu puting susu yg nganggur.
Jari tengahku mulai memainkan aksinya dgn mengilik klitoris Kharis. Benar saja, klitoris itu sudah membesar dan basah. Kharis menggeliat tak tentu arah sembari mendesah,
“Oh.. Mardi enak sekali aqung, nghh.. kamu udah nggak boleh lebih dari itu ya..”
Ternyata alam sadar Kharis masih ada, dia masih ingat bahwa kita hanya boleh peting. Aku berkata sembari berbisik ditelinganya.
“Kharis aqung.. CDnya dibuka ya biar kamu nggak kegencet, liat tuh CD kamu kekecilan nggak bisa nampung bokong kamu yg bulat besar sama kemaluan kamu yg tembem, lagian kamu juga udah basah, khan aqung ntar CDnya jadi lengket.”
Awalnya dia tak mo, tapi aqu katakan lagi.
“Ris.. nggak kenapa napa deh aqung.. khan aku masih pake boxerku, jadi cuman kamu aja yg telanjang, kalau aku tak.”
Akhirnya Kharis setuju, aku loloskan CD mini putih berenda itu, dan kali ini aku benar benar melihat Kharis dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun, dgn keadaan birahi tinggi. Bukan main indahnya bentuk kemaluan Kharis, dia mempunyai rambut kemaluan yg lebat dengan rambut-rambut halus semua warna hitam. Rambut-rambut tersebut nampak rapih, karena dalam keadaan lurus tak keriting seperti wanita kebanyakan. Mulutku mulai menjalankan aksinya, aku mulai menyusuri ke arah pusarnya terus turun dan berhenti tepat dibawah kemaluannya.
Kharis sedikit jengah dan berkata, “Oh, kamu jangan liat punya kayak gitu dong.. aku kan malu” sembari tangannya mencoba menutupi.
cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas
Tapi dgn cepat tanganku menahannya dan langsung bibirku mencium bibir luar kemaluannya sembari kuhisap-hisap kedua belah bibir kemaluan Kharis.
Dia benar benar kelojotan,” Ah Mardi, gila kamu, oh.. enak banget, hmm.. oh iya bener gitu aqung.. ohh..”
Aku makin berani kusapukan lidahku naik turun sembari tak lupa klitoris yg sebesar kacang tanah itu aku emut emut dan didalam bibirku aku kedut kedutkan. Lidahku mulai merangsek masuk ke dalam lubang kemaluan Kharis yg memang benar benar sudah basah. Wangi semerbak yg tercipta karena napsu biharinya membuat aku makin berlipat ganda untuk keinginan menyetubuhinya. Dalam keadaan yg gamang tersebut kepala Kharis tersentak kekiri dan kekanan menahan luapan cinta yg tak kunjung reda, aku diam-diam melepas celana boxerku sembari bibir tak lepas dari kemaluannya.
Cukup mudah untuk melepas celan boxerku karena memang celana dalam dgn kondisi longgar. Satu kali tarik dgn tangan kiri, lolos sudah dan aku sudah telanjang bulat bersama Kharis, tanpa dia sadari. Aku bisa melihat dan merasakan Kharis hampir sampai titik orgasme, dan aku mulai dgn menuntun gagang kemaluanku yg sudah siap tempur dgn topi baja yg mengkilap. Kedua belah kaki Kharis aku lebarkan sembari tangan kiriku mempermainkan klitorisnya dgn ibu jari dan tangan kananku mengarahkan gagang kemaluanku ke lubang kemaluan Kharis.
Kharis masih antara sadar dan tak ketika kepala kemaluanku bertemu dgn lubang depan yg merah menganga. Kepala kemaluan langsung seperti kena hisap alat yg kuat oleh lubang kemaluan Kharis. Kharis mulai merasa aneh karena dia merasakan lain, bukan jari tanganku dan bukan bibirku yg bermain di kemaluannya.
Dgn sedikit membuka mata dia melihatku. Aku tak mo dia nanti memberontak menolak keadaan ini, langsung aku peluk dia sembari sedikit aku goygkan tanpa aku mendorong masuk ke dalamnya. Cukup kepala kemaluan saja yg terjepit di dalam kemaluan Kharis.
Kharis melotot kearahku dan dia berbicara dgn suara serak,
“Mardi.. kok kamu masukin, khan kita udah janji aqung cuman peting, nggak boleh begini dong.” Namun dalam bahasa tubuhnya pinggul dia tetap mengimbangi gerakanku yg naik turun menggesek kemaluannya.
“Kharis.. aku cuman masukin kepalanya aja aqung, kamu juga ngerasainkan?”
Tambahku, “Itu juga udah cukup buat kita, lagi nggak usah dimasukin semua.. kamu enak khan digini’in?” sembari aku goyg kekiri dan kekanan. Kepala kemaluanku benar benar dijepit erat oleh kemaluan Kharis.
Kharis merem melek keenakan, dan tangan Kharis akhirnya memelukku dan mengimbangi gerakanku. Baru aku tahu kalau dalam keadaan begini Kharis benar benar dapat berkata vulgar, karena tiba tiba dia berkata,
“Di, kemaluan kamu enak banget sih hangat kena kemaluan Kharis.”
“Oh, Kharis ini mah nggak seberapa aqung,” kataku.
Setelah kurang lebih tiga menit kami seperti itu, aku merasakan bokong Kharis menaik lebih tinggi, seakan akan ingin merasakan lebih gagangku. Maka akupun mulai sedikit demi sedikit mendorong lebih dalam, ternyata makin panas gerakan kami berdua, dan walhasil seluruh gagangku terbenam di dalam kemaluan Kharis. Dan aku rasa Kharis pun mengetahui hal itu, dan dia mulai meracau lagi,
“Oh Ardi.. enak banget kemaluan kamu masuk semua ke dalem kemaluanku aqung.. hh”
“Ohh, Di.. dorong lagi biar makin dalem aqung..”
Bukan main, aku makin nafsu saja mendengar erangan dan kata-kata vulgarnya. Aku pun tak mo kalah sembari memompa aku bertanya,
” Kharis.. kemaluan Mardi lagi ngapain kemaluannya Kharis aqung?”
“Hhh, skh.. hh kemaluan kamu lagi ngentotin kemaluan aku aqung,” sembari Kharis meremas bokongku gemas.
Aku pura pura tak mendengar ingin dia mengulang lagi kata katanya,
“Ha.. lagi ngapain aqung?”
“Lagi dientot aqung..ohh nikmatnya..”
Aku bertanya lagi, “Emang Kharis mo dientot ama Mardi?”
Kharis menyahut,”Iya aqung Kharis ketagihan nih mengentot sama kamu, abis kemaluan kamu mantap, nikmat, enak rasanya.”
Sembari begitu aqu benar-benar merasakan jepitan-jepitan halus dari dinding kemaluan Kharis. Benar benar wanita yg tercipta sempurna untuk bersenggama. Lubang kemaluannya mempunyai jepitan yg kuat dgn variasi gagang kemaluanku di dalam seperti dirayapi oleh jutaan semut, jadi seperti terkena setrum kecil, tapi hangat dgn sebentar-bentar kemaluan tersebut mencucup kembang kempis menyedot seluruh gagang kemaluanku.
Setelah lebih 20 menit kami bersenggama dgn ucapan ucapan vulgar, Kharis sudah hampir mendekati klimaksnya.
“Ayo Mardi, aku udah mo keluar, entot terus aku iya teken biar kena klitorisku oh.. benar begitu aqung.. aduh, enak bener ngentot ama kamu.”
Gila juga nih perempuan, kalo dalam keadaan birahi begini omongannya jadi vulgar seperi ini. Akupun merasakan intensitas kedutan kemaluan Kharis makin tinggi, dan sepertinya akupun ingin melepaskan kenikmatan bersama Kharis aqungku.
“Oh, Ris.. enak banget kemaluan kamu ada empot ayamnya aqung, rasanya legit, rapet, peret, oh, aku mo klimak aqung, gimana nih didalam atau diluar,” kataku dalam keadaan yg kejang kejang nikmat.
Lalu dijawab oleh Kharis, “Didalem aja Mardi biar enak, aku juga mo ngerasain disemprot ama kemaluan kamu, dan mungkin besok lusa ada dapet haid, jadi aman,” desah Kharis yg juga menahan amukan dalam gelora birahi yg siap meledak beberapa waktu lagi.
Akhirnya aku merasakan gagang kemaluanku diremas kuat sekali oleh otot kemaluannya, gerakan pinggul Kharis terhenti, sembari bokongnya ditinggikan aku mengocok sedikit memberikan nuansa lain dalam kemaluannya, lagi Kharis menggeram dan..
“Oh aqung aku klimaks, ouh.. ahh. nggh ahh enak.. enak hh..”
Aku pun tak tahan kemaluanku diremas dan disedot oleh kemaluan Kharis, dgn satu dan dua kali sentakan kemaluanku menyemportkan sperma jauh langsung masuk kedalam rahim Kharis, dan yg semportan kedua tak kalah nikmatnya. Gerakan kami seperti begitu kompak, ketika aku menyemprotkan sperma, kemaluan Kharis menyedot kencang hingga kami berdua merasakan nikmat senggama yg sangat indah.
Puas aku selesai klimaks dan begitu juga Kharis, ketika aku ingin melepas kemaluanku, Kharis mencegahnya.
“Biarin didalam dulu sampe ngecil dan keluar sendiri yah.”
Akhirnya kami berbaring menyamping dgn keadaan kemaluan kami masing-masing masih menyatu, masih dapat aku rasakan kedutan dalam kemaluan Kharis namun sudah melemah, dan gagangku mulai berangsur-angsur mengecil dan akhirnya lepas dgn sendirinya dari kemaluan Kharis.
Waktu sudah menunjukan pukul 1 pagi, setelah kami selesai mandi berdua di dalam bathup, dan ketika aku mo kembali ke kamarku Kharis menahannya, dan dia minta sekali lagi untuk bermain cinta. Akupun melayaninya. Katanya mumpung ada waktu. Ronde kedua kami lakukan lebih hot lagi karena yg kedua dilakukan tanpa takut-takut seperti yg pertama, dan kami akhiri dgn klimaks bareng dgn sempurna.
Sepulangnya dari puncak, hubunganku dgn Kharis makin hangat, tapi kami selalu menutupi di kantor dgn berpura pura bahwa antara kami tak ada hubungan apa-apa hanya sebatas kawan kerja. Padahal kalau ada waktu di kantorpun kami peting. Aqu berkerja di bagian komputer, Kharis bagian Settlement. Kalau salah satu dari kami ingin dipeluk, maka kami memberikan kode untuk menuju ruang komputer yg tak ada orang, kemudian kami ketempat yg paling pojok supaya aman dan berpelukan. Biasanya kami berpelukan sembari mengusap usap apa yg perlu diusap, biasanya aqu meremas gemas bokongnya, dan meremas lembut payudaranya, sembari dibarengi dgn ciuman bibir dgn sedikit panas. Setelah kami puas, Kharis biasanya keluar lebih dulu dari ruang komputer, dan tak lama kemudian baru aqu.
Rasa ingin bersenggama dgn Kharis demikian besar, begitu juga Kharis yg ingin sekali bercinta dgn aqu. Akhirnya aqu mencari kost-kost’an yg dekat dgn kantor yg fungsinya kalau istirahat makan siang kami dapat mencuri waktu berdua kekost’an aqu dan kami berdua saling melepas hasrat terpendam dan setelah selesai kami dapat dgn cepat kembali ke kantor, dan untuk makan siang kami membiasakan ngemil di kantor, jadi tak begitu lapar.
Demikianlah cerita aqu, yg sekarang Kharis sudah meninggalkan aqu karena dia mendapat pekerjaan baru dan sudah menikah dgn pilihannya yg tepat. Aqu masih ngekost namun sudah tak ada Kharis yg menemani.