Sex Private Bersama Elis Part 1 | BANDAR BOLA


PornDewasaX3 - Seorang guru les privat yang berstatus duda tergoda oleh kencantikan dan keindahan tubuh murid les perivatnya. Sebagai Pria yang berpengalaman dia sanggup merayu dan mendapatkan keperawanan murid les privatenya. Ingin Tahu kelanjutanya para pembaca ? ? ? langsung saja simak cerita dibawah ini !!!

Aku akan menceritakan kisah sex pribadiku yang kulakukan bersama gadis mungil bernama Elisa Angrraini, dan aku memanggilnya dengan panggilan Elis. Elis ini adalah seorang gadis kecil mungil berwajah ayu, bermata indah, berbulu mata lentik, dan hidung mancung yang semakin membuatnya menarik saja.


Belum lagi kalau aku melihat bibir mungilnya yang agak kemerah mudaan, bener-bener deh dia membuat aku gemas jika bersamannya. Elis ini adalah murid les privatku, oh iya aku ini adalah seorang guru les private. Elis juga mempunyai kulit mulus putih dan terawat. Di usianya yang masih 15btahun itu tubuhnya sudah sintal dan padat.

Yah maklulah elis ini berasal dari keluarga yang mempunyai ekonomi lebih dari cukup dalam hal materi. Dia mempunyai tinggi badan 158 cm dan berat badan 50 kg, bisa dibayangkan para pembaca kalau Elis ini gadis mungil bertubuh sintal dan sangat menggemaskan. Elis ini sifatnya masih kekanak-kanakan namun menggiurkan untuk dinikmati tubuh indahnya itu.

Kurang lebih sudah 2 minggu ini Elis mengikuti les private dirumahku, Oh iya aku adalah ini adalah seorang duda muda berusia 25 tahun yang belum mempunyai anak, yah bisa dikatakan DUREN ( duda keren) hhe. Dirumahku yang minimalais aku membuka les private. Rumah yang terdiri dari 2 buah kamar, 1 ruang tamu dan 1 kamar mandi yang aku desain sedemekian rupa.

2 kamar yang berada dirumah minimalisku yang 1 aku gunakan untuk kamar tidur dan kamar satunya yang terletak didepan aku gunakan untuk ruang kerja dan perpustakaan. Didalam kamar depan itu aku meletakan buku-buku yang telah aku susun rapi di dalam rak buku, dan juga adalah 1 unit komputer diatas meja kerjaku.

Pada ruang tamuku terpampang beberapa lukisan yang indah pada dinding, lukisan-lukisan itu semakin indah dengan warna cat pada dinding yang aku beri warna cerah. Kamar tidurku aku hiasi dengan ornamen indah, dengan tempat tidur yang lumyan besar dan ditambah lagi aku menggunakan pencahayaan lampu yang pas sehingga membuat suasana kamar menjadi romantis.

Ruang yang aku tata dengan sangat artistik sehingga terasa nyaman. Bisa dikatakan rumahku terkesan romantic, karena di ruang tamu aku sengaja memasang beberapa speaker di sudut atas ruang tamuku. Dengan diringi alunan lagu-lagu intrumental, Elis terlihat sangat nyaman sembari mengerjakan tugas di ruang tamu.

Ditengah keseiusan mengerjakan tugasnya, tanpa disengaja menjatuhkan penghapusnya yang tersenggol oleh tangannya. Secara reflek karena melihat itu aku-pun bermkasud mengambilkannya, namun apa yang terjadi ternyata Elis berusaha mengambil juga. Dari sinilah keseruan cerita hot ini, saat itu tan[a disengaja tanganku dan Elis bersentuhan.

Hal itu membuat Elis terkejut, kemudian dia melihat ke arahku. Saat itu tersenyum dan Elis-pun berusaha berbalik tersenyum kepadaku. Dengan posisi tangan kirinya aku pegang kemudian aku membuka telapak tangannya lalu kubalikkan dengan lembut dan aku berikan penghapus itu ke dalam telapak tangannya.
Sebagai pria dewasa apalagi aku sudah duda aku mempunyai banyak pengalaman tentang seorang wanita. Ketika tadi tangan ku bersentuhan ada getaran-getaran yang aneh dari Elis, kemudian sembari melihatnya aku,
“ Lis, hari kamu terlihat lebih cantik deh, apalagi waktu kamu tersenyum seperti itu tadi ,” pujiku.
Nampaknnya puijanku padanya membuat Elis merasa tersanjung, entah sadar atau tidak ssetelah aku puji dia mencubit pahaku sembari tersipu malu dan wajah memerah, lalu aku bertanya,


“ Oh iya Lis, ngomong-ngomong kamu udah punya pacar belum Lis ? ,” tanyaku menggoda sembari menatap wajah Elis.

“ Belum Kak, hhe,” katanya sembari malu-malu.

Raut wajahnya yang cantik itu memerah karena malu,

“ Masak sih, gadis secantik kamu masak iya belum ada yang naksir dan macarin kamu sih ,” ucapku.

“ Sebenarnya banyak sih Kak yang naksir dan mau pacarin aku, tapi akunya males sama mereka Kak, cowok-cowok yang naksir aku kenbanyakan mereka masih kekanak-kanakan, males deh jadinya, hhe ,” ucapnya kemudian melanjutkan mengerjakan tugasnya lagi.

“ Oh begitu yah, oh iya kamu mau minum apa Lis Kakak buatkan ??? ” , ucapku sembari beranjak dari tempat duduknya.


“ Eumm… apa ya kak, terserah kakak aja deh, hhe ,” ucapnya sambil terus mengerjakn tugasnya.


“ Oke deh kalau gitu, tunggu sebentar yah Lis kakak buatkan Orange sirup, ” ucapku.


“ Iyah Kak ,” jawabnya singkat.


Selang bebrapa menit aku-pun kembali dengan membawa dua gelas orange sirup dan menuju keruang tamu dimana Elis sedang mengerjakan tugasnya. Pada saat itu kebetulan posisi duduk Elis berada di sofa yang berada pada ruang tamuku dan menghadap kepintu. Sembari terus mendekat kea rah Elis aku melihat tubuh Elis yang membelakangiku.

Ternyata indah sekali tubuh gadis mungil ini, tubuhnya mungil dan sintal, ucapku dalam hati. Dan tiba-tiba saja saat itu gairah sexsku bergelora begitu saja dan aku terhanyut dala imajiasi kotorku, lalu,
“ Kak udah selesai nih tugasnya ,” ucap Elis membuyarkan lamunanku.

“ Oh iya Lis, sini biar kakak check dan nih minuman kamu ,” ucapku sembari aku menghampiri dan kusodorkan orange sirup yang aku buatkan untuknya.

Setelah aku periksa ternyata hasil pekerjaan itu benar semua,

“ Wah kamu ini selain cantik ternyata kamu juga pintar ya Lis, nih jawabanku kamu benar semua ,” ucapanku ternyata membuat Elis membuata Elis tersipu malu lagi.

Saat itu aku yang sengaja duduk di sebelahnya, kemudian melanjutkan menerangkan pelajaran lainya. Saat aku menerangkan pelajaran lainya entah sadar atau tidak Elis semakin dekat saja denganku, bahkan lengan kami-pun saling bersentuhan. Mungkin saja harum parfum yang aku pakai membuatnya tanpa sadar bergeser semakin mendekat kepadaku.

Nampaknya pujianku tadi membuatnya tidak dapat konsentrasi dengan pelajaran yang aku terangkan, dia yang berusaha mencoba fokus dengan apa yang aku jelaskan, nampaknya dia gagal fokus. Melihat hal itu dalam hati aku tersenyum dan berkata,


“ Gagal fokus nih anak kayaknya gara-gara pujianku tadi ,” ucapku dalam hati.

Apalagi saat itu aku duduk menyamping dan agak menghadap kearah Elis sehingga naluri lelaki-pun berkata kena nih anak sama rayuanku. Kemudian,

“ Oh iya Lis, kamu udah ngerti belum sama yang jelaskan barusan ,” kataku sambil melihat wajah Elis.

Elis terkejut dari lamunannya, kemudian menggeleng dan berkata,

“ Hehehe… Belum, Kak… ,” ucapnya.

“ Oke deh kakak jelaskan lagi ,” ucapku.

Lalu aku-pun mengambil selembar kertas folio dan aku letakkan di depannya. Aku-pun mulai menuliskan dengan tangan kananku rumus-rumus sembari menerangkan pelajaran tadi. Sedangkan tangam kiri letakkan di sandaran kursi sofa dimana Elis duduk, dan sesekali aku sengaja mengelus punggung Elis dengan perlahan.

Dengan husapan tanganku pada punggung Elis nampaknya semakin tidak bisa berkonsentrasi saja. Aku merasakan detak jantungnya semakin berdegup dengan keras, usapan itu aku usahakan senyaman dan selembut mungkin agar membuatnya semakin terlena oleh suasana yang aku harapkan yaitu suasana romantis.

Nampaknya aku suasana yang aku ciptakan berhasil, sama sekali tidak dapat berkonstrasi danhanyut dalam suasana romantisku. Beberapa menit kemudian tanpa di sadari Elis memejamkan matanya menikmati belaian tangan dan bau parfum yang lembut dari tubuhku.Saat itu dia berusaha melirikku, namun aku tidak pedulikan lirikan Elis.


Sebagai gadis yang baru beranjak dewasa yang selalu ingin diperhatikan, Elis mulai mencoba menarik perhatianku. Dia memberanikan diri meletakkan tangan di atas pahaku. Jantungnya semakin berdegup, ada getaran yang menjalar lembut lewat tanganku. Selesai menerangkan aku menatapnya dengan lembut, dia tak kuasa menahan tatapan mata yang tajam itu.

Perasaannya menjadi tak karuan, tubuhnya serasa menggigil saat melihat senyumku, tanpa sadar tangan kirinya meremas lembut pahaku, akhirnya Elis menutup mata karena tidak kuat menahan gejolak nafsu birahinya. Aku tahu apa yang dirasakan Elis saat itu,

“ Kamu sakit Ya Lis? ,” tanyaku berbasa basi.

Elis menggelengkan kepala, tapi tanganku tetap meraba dahinya dengan lembut, Elis diam saja karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Aku genggam lembut jari tangan kirinya. Udara hangat menerpa telinganya dari dengusan nafasku,

“ Benar cantik kamu Lis, tubuhu sintal dan mulus sekali ,kulitmu,” bisikku lirih.

pujian itu membuat dirinya makin bangga, tubuhnya bergetar, dan nafasnya sesak menahan gejolak di Payudara-nya. Dan Elis ternyata tak kuasa untuk menahan keinginannya meletakkan kepalanya di dadaku,

“ Sssssss… Aghhhhhh... ,” Elis mendesah kecil tanpa disadari.

Aku sadar gadis ini mulai menyukaiku, dan berhasil membangkitkan perasaan romantisnya. Tanganku bergerak mengusap lembut telinga gadis itu, kemudian turun ke leher, dan kembali lagi naik ke telinga beberapa kali. Elis merasa angan-angannya melambung, entah kenapa dia pasrah saja saat aku mengangkat dagunya, mungkin terselip hatinya perasaan ingin terus menikmati belaian-belaian lembut itu,


“ Kamu memang sangat cantik dan aku yakin jalan pikiranmu sangat dewasa, Aku kagum! ,” kataku merayu.

Udara hangat terasa menerpa wajahya yang cantik, disusul bibir hangatku menyentuh keningnya, lalu turun pelan ke telinga, hangat dan lembut, perasaan nikmat seperti ini pasti belum pernah dialaminya. Anehnya dia menjadi ketagihan, dan merasa tidak rela untuk cepat-cepat mengakhiri semua kejadian itu,

“ Ja..., jangan Kak ,” pintanya untuk menolak

Tapi dia tidak berusaha untuk mengelak saat bibir hangatku dengan lembut penuh perasaan menyusuri pipinya yang lembut, putih dan halus, saat merasakan hangatnya bibirku mengulum bibirnya yang mungil merah merekah itu bergeter, aku yakin baru pertama kali ini dia merasakan nikmatnya dikulum dan dicium bibir laki-laki.

Jantung di Payudara-nya berdegup makin keras, perasaan nikmat yang menyelimuti hatinya semakin membuatnya melambung

“ Ughhh... ,” hatinya tergelitik untuk mulai membalas ciuman dan kuluman-kuluman hangatku.

“ Aghhhhhh... ,” dia mendesah merasakan remasanku lembut di payudara kiri yang menonjol di Payudara-nya, seakan tak kuasa melarang.

Dia diam saja, remasan lembut menambah kenikmatan tersendiri baginya,

“ Payudaramu sangat indah Lis, Ouhhhhh... ,” ucapku.

Sebuah pujian yang membuatnya semakin mabuk, bahkan tangannya kini memegang tanganku, tidak untuk melarangnya, tapi ikut menekan dan mengikuti irama remasan di tanganku. Dia benar-benar semakin menikmatinya. Kejantanankupun mulai menegang,

“ Sssssssshhh….,” Elis mendesah kembali dan pahanya bergerak-gerak.

Kurasakan tubuhnya bergetar menandakan kewanitaan-nya mulai basah oleh lendir yang keluar akibat rangsangan yang dialaminya, hal itu membuat kewanitaan-nya terasa geli, merupakan kenikmatan tersendiri. Dia semakin terlena diantara degup-degup jantung dan keinginannya untuk mencapai puncak kenikmatan. Diimbanginya kuluman bibir dan remasan lembut di atas Payudara-nya.


Ketika tanganku mulai membuka kancing baju seragamnya, tangannya mencoba menahannya,

“ Ssssssshhh… Jangan Kak, nanti dilihatin orang… Ahhhh… ,” ucapnya menolak.

Namun ucapnya tidak aku perdulikan. Aku melanjutkan membuka satu persatu kancing bajunya, Payudara-nya yang putih mulus mulai terlihat, Payudara-nya tertutup BH. Seakan dia sudah tidak peduli lagi dengan keadaannya, hanya kenikmatan yang ingin dicapainya, dia pasrah saat aku mengendong dan merebahkannya di atas tempat tidur.

Di atas tempat tidur ini aku merasa lebih nyaman, semakin bisa menikmati cumbuan, dibiarkannya payudara yang putih mulus itu makin terbuka,

“ Eummmm… ,” bibirku mulai bergeser pelan mengusap dan mencium hangat di lehernya yang putih mulus.
“ Oughhh… Sssss… Ahhhh... ,” dia makin mendesah dan merasakan kegelian lain yang lebih nikmat.

Aku semakin senang dengan bau wangi di tubuhnya,

“ Tubuhmu wangi sekali ,” ucapku kembali merayu Elis membuatnya makin terbang saja. 

Lalu tanganku-pun itu seakan dibiarkan bergerilia bebas menelusuri Payudara-nya yang terbuka. Elis sendiri nampak tidak kuasa menolak, seakan ada perasaan bangga darinya karena tubuhnya telah aku lihat dan aku nikmati. Kini aku-pun mulai menelusuri perutnya dengan lembut, hal itu membuatnya menggelinjang kegelian. Lalu bibir hangatku bergerelia menelusuri Payudara-nya,