Terjerumus Godaa | CERITA SEX


PornDewasaX3  - Begini ya rasanya disodomi, kata hatiku. Lobang anusku terasa panas. Ada protes dari tubuhku, anusku jadi mengecil dan susah untuk dimasuki. Jangan kau sakiti diri, Yadi! otakku kembali berteriak. Itu daerah saluran untuk ‘keluar’, jangan di masuki. Bisa jadi penyakit!

Aku tarik nafas dalam. Terdiam sebentar, kemudian tanganku kutarik, dan aku mendekat ke arah jatuhnya air shower yang tadi aku jauhi. Meluruhkan seluruh busa sabun yang tadi menempel di kulit tubuhku. Dan meluruhkan nafsuku untuk menyelesaikan masturbasi ini. Jangan lakukan, Yadi! kata hatiku memberontak. Aku membalik, membelakangi pancuran air yang menyirami punggungku. Tubuhku terasa panas oleh nafsu yang tertahan.

Aku hentikan mandiku, kemudian mengeringkan badan dengan handuk yang terletak dekat meja washtafel. Setelah badanku kering, kugantung handuk yang sudah kupakai di gantungannya. Kukenakan pakaianku yang tadi kupakai. Menyisir rambutku dengan jari sekedarnya kemudian ke luar.

Kulihat bang Jay sudah rapi dengan celana pendek dan kaos oblongnya. Dia sedang merapikan berkas dan foto-foto model yang masih berantakan di ruang tamu yang belum sempat aku bereskan karena keburu mau kencing tadi. Aku mendekatinya dan ikut membantunya membereskan semuanya.

Kami harus mempersiapkan segala sesuatunya untuk besok. Aku berusaha membuyarkan ingatanku akan bang Jay yang sedang mandi yang selalu membayangi pikiranku. Setelah semua terasa sudah rapi, aku menuju ke komputer. Sedang bang Jay menyalakan tv. Aku cetak formulir daftar hadir dan data diri untuk para model besok.


Kami makan malam dengan nasi bungkus yang dipesan lewat telepon. Sebelum jam sepuluh malam, aku pamit untuk tidur duluan. Aku pesankan pada bang Jay untuk menelpon room boy agar besok bersih-bersih ruangan lebih pagi.

Tengah malam aku terbangun. Agak meraba aku keluar kamar, karena kamarku gelap. Ruang tamu yang menyatu dengan dapur juga gelap. Ada cahaya dari layar komputer yang menerangi ruangan. Pelan aku melangkah memperhatikan siapa yang sedang main komputer. Rupanya bang Jay!

Dia sedang menonton slide foto dari komputer. Suara ac terasa terdengar keras di malam ini. Jam berapa sekarang? Jam dekat tv tak dapat kuperhatikan jelas karena gelap. Dari pantulan cahaya komputer di depannya dapat kulihat bang Jay yang sedang mempermainkan kontolnya. Wah… Tiada waktu tanpa masturbasi dia.

Ingin aku mendekatinya. Tapi kutahan, aku mau lihat apa yang dilakukannya selanjutnya. Rupanya slide foto porno hardcore, ada yang pasangan cowok-cewek dan pasangan gay, cowok-cowok dan cewek-cewek. Aku yang tadi ngantuk, sekarang jadi terjaga lagi melihat apa yang disaksikannya. Sebagian aku pernah lihat gambar-gambar itu dari internet. Mungkin bang Jay mengcopynya dari internet.

Lama aku perhatikan bang Jay. Aku berharap dia melakukan hal yang lebih seperti yang aku lihat tadi sore waktu mandi. Huh, ide maksiatku timbul lagi. Aku kembali mengulangi kesalahan dengan tetap menyaksikan yang tidak seharusnya aku lihat. Tubuhku juga kembali protes karena tetap ingin kencing. Kantung kencingku sudah mau dikurangi isinya. Akhirnya aku masuk kamar mandi yang langsung pantulan cahayanya menerangi ruangan sekitar.

Setelah kencing aku keluar dan melihat bang Jay masih asyik di depan komputer.


“Belum tidur, bang?” tanyaku mendekatinya.
Dia menoleh ke arahku.”Belum,” jawabnya malas.
“Bagus banget koleksinya,” kataku ikut menonton dengan menarik kursi makan dan duduk disampingnya. Pelan-pelan aku mulai terangsang lagi.
“Suka juga ya?” tanyanya sambil menarik bawah kaosnya menutupi bagian kontolnya yang sedang tegang.

Tadi sore dia bebas telanjang ketika terlihat olehku, sekarang kok malah ditutupi? tanya hatiku.

“Untuk memacu adrenalin, Yadi. Aku suka begini kalau sedang banyak kerjaan. Rasanya kreatifitas kita menjadi gampang,” katanya menjelaskan.

Akupun katakan padanya kalau suka begitu, dulu waktu kuliah. Untuk bersemangat belajar, aku suka menyelingi dengan nonton bf bersama teman-teman. Tapi cara itu sering tidak efektif, karena memacu juga nafsu birahi. Jadi semangat belajarnya sering kalah dengan nafsu birahi.

Kutahan diri untuk tidak membahas yang berbau porno lagi. Untuk menjaga agar tidak berbuat maksiat lebih jauh. Akhirnya kuputuskan untuk kembali tidur, meninggalkan bang Jay yang masih asyik di depan komputer. Sebelum terlelap aku masih mempermainkan kontolku sambil otakku memmbayangkan foto-foto di komputer tadi.

*****

Ketika mandi, kembali aku mengulangi apa yang bang Jay lakukan. Aku mandi di shower sambil masturbasi dengan sabun. Getaran rangsangan begitu menyentak di kepalaku. Tapi aku tidak mencoba untuk merangsang anusku lagi. Aku berusaha agar air tidak menyiram bagian kontolku yang bersabun.

Kujepit pangkal kontol dengan lingkaran jari jempol dan telunjuk dan menariknya ke arah kepala kontolku. Kulakukan beberapa kali kegiatan seperti memerah susu sapi itu. Bergantian dengan tangan kanan dan kiri. Aku hentikan tanganku ketika pintu terbuka dan aku kaget ketika Ran masuk sambil tersenyum. Dia kembali menutup pintu kamar mandi.

“Aku mau lihat kau mandi. Kata bang Jay aku boleh masuk.” kata Ran langsung mendekatiku di bawah pancuran. Pakaiannya jadi basah.


Aku tidak sempat berkomentar apa-apa. Kami berpelukan dan berciuman seperti yang pernah kami lakukan. Sekarang malah lebih mudah karena kami berdiri saling berhadapan di bawah siraman air mancur. Lama kami lakukan di bawah pancuran air ini. Saling melumat. Kadang menjalar ke telingaku, pipi turun ke leher. Naik lagi ke bibirku. Deru nafas kami saling berpacu. Aku juga balik menelusuri wajahnya dengan ciumanku. Ada air yang ikut terhirup. Tangannya menyelusuri punggungku, turun ke pinggang terus naik lagi ke bahu. Kulitku terasa licin karena sabun masih ada menempel. Sedangkan tanganku menyelusuri tubuhnya yang berbalut kaos yang sudah sangat basah menempel di kulit tubuhnya.

Barangku menekan barangnya yang dibalik celana jeansnya yang basah. Aku berusaha menekan kontolku ke kontolnya, menggosoknya ke kiri kanan. Tanganku masuk ke kaos oblongnya sehingga sebagian perutnya terbuka. Kupeluk dia. Kemudian kurasakan tangannya meremas barangku, dan mengocoknya. Syarafku rasanya menusuk ke ubun-ubunku. Kemudian dengan pelan dia jongkok sambil menciumi dada, perutku dan lngasung mencaplok kontolku ah… Dia mengulum kontolku. Kubiarkan dia melakukannya. Aku memang suka apa yang dilakukannya.

Dia memutar kepalanya, maju mundur memilin batang kontolku dengan jepitan bibirnya. Kupegang kepalanya untuk mengontrol gerakannya. Tapi dia memang lebih tahu, kurasakan kepala kontolku sudah masuk ke kerongkongannya. Tekanan pangkal lidahnya membuat aku menggelinjang keenakan.

Air yang mengguyur tubuh kami tidak membuat kami kedinginan. Malah Ran makin bernafsu ketika kontolku berdenyut kencang dan akhirnya aku menyemprotkan spermaku. Tumpah banyak sekali di dalam mulutnya dan sebagian keluar dari samping bibirnya. Ran menelan sperma yang di mulutnya. Tanganku masih memegang kepalanya, membuat gerakan maju mundur.

Ketika Ran telah mencabut kontolku dari mulutnya, aku meraba… Dan aku baru sadar aku bermimpi! Celanaku basah sampai tembus mengenai selimut dan alas kasur ketika kuperiksa dengan merabanya.

Yah, gawat! Cepat kubangun dan menyalakan lampu kamar. Kulihat celanaku basah seperti habis ngompol. Segera kuambil kaos oblong kotorku di kantong pakaian kotor untuk membersihkan selimut dan alas kasur. Setelah cairan itu terasa sudah tidak kelihatan, kukembalikan kaosku ke kantong plastik, aku keluar kamar. Pintu kamar bang Jay tertutup. Dia masih tidur. Aku ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Kuputuskan untuk langsung mandi. Aku nggak tahu jam berapa sekarang. Tapi cairan sperma yang menempel di pangkal pahaku sangat mengganggu juga di perut bagian bawah. Sebagian menempel di bulu di bagian pangkal batangku yang agak susah dibersihkan. Ah, kok jadi begini sih… Ini gara-gara aku tidak bisa menahan dari untuk tidak melihat hal yang merangsang tadi sore.

Aku mencuci rambutku dengan shampo yang membuat segar kepalaku. Terlalu banyak hal yang porno kusaksikan, membuat aku bermimpi tentang yang porno. Malah sampai ‘mimpi basah’. Kusikat gigiku agak lama juga lidahku dan bibirku. Aku suka menyikat bibir karena efeknya ke tampilan bibir kayaknya lebih baik.

Setelah mandi dan mengeringkan badan, kulilitkan handuk kepinggangku dan keluar sambil membawa pakaian kotorku. Kalau saja bang Jay tahu…

Pintu kamar bang Jay masih tertutup. Aku nggak tahu jam berapa dia tidur semalam. Aku masuk kamar dan mengambil pakaianku di lemari. Di HP kulihat sudah jam setengah enam. Tidak terlalu siang untuk bangun, pikirku. Kemudian aku berpakaian. Kemeja dan celana jeans.

Keluar kamar aku menuju dapur, masak air. Kubuka jendela dan membiarkan cahaya pagi menerangi ruangan. Perut laparku kuganjal dengan pizza dingin dari kulkas, sisa dua hari yang lalu, sambil nonton siaran berita pagi di tv. Pizza dingin ini masih enak saja. Cuma rotinya keras. Karena lapar saja ‘kali ya?

Room boy masuk minta izin untuk membersihkan ruangan. Dua anak muda yang baik-baik itu dengan cekatan membersihkan seluruh ruangan. Ada keinginan untuk menggoda mereka dengan memperlihatkan slide foto porno yang semalam dilihat bang Jay di komputer. Tapi dipihak lain, otakku melarangnya. Aku bangun dari sofa dan tetap saja aku menyalakan komputer kemudian membuka file document. Pesawat tv sudah kumatikan dengan remote.

Pura-pura aku menikmati gambar-gambar yang tampil di layar monitor. Kulihat salah satu room boy mencuri pandang untuk melihat juga sambil mengepel. Tapi bisa tahan diri juga dia rupanya untuk tidak ikut bergabung dengan ku untuk melihat gambar maksiat ini. Mereka selesaikan kerja bersih ruangan ini tidak begitu lama.


Aroma ruangan sekarang sudah segar karena cairan pel. Dua anak muda itu sudah menyelesaikan pekerjaannya dan menuju ke arahku. Aku mesti paraf pada form yang diajukannya.

“Kok cowok sama cowok?” komentar salah satu room boy itu ketika layar monitor memperlihatkan dua cowok sedang bermesraan.
“Wah, penyakit itu, mah. Itu yang bikin aids…” komentarnya lagi.

Aku tertawa saja. Temannya yang satu lagi, yang kulihat lebih muda, diam saja sambil senyum-senyum.

“Kalau masih mau lihat yang lain, boleh kok,” kataku menawarkan.

Aku coba mengklik lagi untuk mengganti gambar. Kembali gambar cowok. Mereka menggelengkan kepala, dan mengatakan tidak mau karena masih banyak pekerjaan. Kemudian mereka pamit dengan membawa sampah bekas dari apartemanku. Peralatan kebersihan mereka lumayan lengkap dan termasuk canggih. Setelah kedua room boy itu keluar, aku matikan lagi komputer. Godaanmu tidak berhasil, Yadi! kata hatiku.

Jam sudah hampir jam tujuh ketika Rina dan Sisy telepon untuk minta bantuan membawakan bawaannya dari lobby aparteman. Makanan untuk acara audisi. Ada enam karton makanan dan satu dus minuman kaleng. Belum lagi piring dan satu kantong besar berisi permen dan kacang.

Banyak juga makanannya. Kata Rina lebih baik berlebih dari pada kurang nantinya. Walau yang diundang cuma delapan orang, bisa saja yang datang lebih dari itu. Siapa tahu ada yang mengantar… Seperti mau pesta saja! Bang Jay belum bangun. Aku bantu Rina dan Sisy merapikan semuanya. Aku persiapkan meja tambahan untuk pendaftaran, dan menempelkan kertas di pintu luar yang bertuliskan: Audisi Model Iklan.