Terjerumus Godaan Bagian 1 | Cerita sex


PornDewasaX3 - Kalau ada usaha untuk berbuat baik, kenapa mesti dilecehkan? Kadang memang tidak bisa konsisten soal kepatuhan untuk tidak berbuat dosa, karena para syetan pengganggunya lebih canggih dalam hal menggoda. Begitulah, ada teman yang berkomentar mengejek terhadap apa yang kuceritakan. Tapi tidak begitu dengan Ran.

Kemarin Ran cerita kalau koleksi barang pornonya sudah dihibahkan kepada teman-teman kampusnya. Aku ucapkan selamat padanya.

“Ini langkah yang baik, Ran,” tulisku pada HP dalam format SMS.” Semoga Tuhan membantu kita untuk selalu melangkah ke arah yang lebih baik.” Begitu balasku pada berita yang disampaikannya. Ada sedikit rasa haru karena dia mau menanggapi positif terhadap usulku.


Konsep presentasiku diterima. Selanjutnya aku mesti tindak lanjuti dengan pembuatan aplikasi dalam berbagai media. Aku mesti buat beberapa contoh iklan untuk berbagai media. Untuk proyek ini, akulah yang ditunjuk bu Poppy sebagai pimpro-nya. Proyek dengan nilai hampir 400 juta ini memang jadi alat uji untuk diriku.

Rapat yang kuadakan dua hari lalu, dapat respon yang baik. Teman-temanku di bagian produksi sangat banyak dukungannya, terutama bang Jay sang fotografer. Informasi yang diberikannya sangat mendukung kelancaran proyek ini. Agensi model, ilustrator serta dubber yang potensial untuk iklan radio kudapat alamat dari bang Jay, cowok macho yang tampilannya sedikit urakan.

Terus terang saja, aku lebih cocok kerja sama bang Jay, dibanding dengan teman-teman lain dalam satu tim, seperti Rina dan Sisy. Rina dan Sisy kurasakan sangat cerewet dan terlalu kaku. Tapi sudahlah, mungkin ini soal selera saja. Kedekatan aku dengan bang Jay, memang jadi omongan, tapi aku membela karena ini hubungan kerja saja. Aku suka bang Jay karena selera artistiknya cocok denganku.

Konsepku untuk iklan produk perawatan kecantikan kulit wanita, semacam bedak lulur itu diterima oleh klien. Aku ingin menunjukkan kualitas produk dilihat dari sudut pandang cowok, dan menonjolkan cowok sebagai modelnya.

Agak berat dan aku mulanya tidak begitu yakin, tapi pihak klien sebagi pemilik setuju dan data survey memang menunjukkan bahwa apa yang dilakukan cewek sesungguhnya untuk cowok. Karena itu aku perkuat ‘rekomendasi’ produk konsumsi cewek oleh cowok. Dan ini ide memang tidak orisinil sekali, karena produk bedak pemutih yang sudah ada juga menggunakan cowok sebagai model pendamping.

Hari ini aku, bang Jay, Rina dan Sisy sedang sibuk memilih foto model cowok, yang mesti kami bawa ke rapat lusa. Kami sedang berada di kantor agen model. Ada lima album foto yang kami bolak-balik. Kami memang sudah langsung menyeleksi tampang cowok yang berusia sekitar dua puluhan yang diperkirakan cocok dengan konsep kami. Akhirnya menjelang siang, kami dapatkan 20 cowok yang kami bawa ke bu Poppy untuk memilih 5 sampai 8 cowok model untuk dipanggil audisi.

Jadwal kami memang padat. Besok mesti periksa contoh storyboard, setelah kemarin aku menyerahkan deskripsi-semacam skenario- film iklan yang akan kami buat. Sedangkan lusa kami mesti produksi iklan radio dalam berbagai versi.


Sudah seminggu ini aku tidak pulang ke tempat kostku. Aku nginap di aparteman yang di sewa bu Poppy khusus untuk proyek ini. Maklumlah ini proyek mesti selasai untuk mengejar jadwal peluncuran yang akan dilakukan bulan depan. Sebagian peralatan kantor memang kami boyong ke sini. Dan aku ditemani Jay setiap harinya. Rina dan Sisy ikut kerja lembur ketika pembuatan deskripsi untuk keseluruhan materi rencana iklan kami. Rencananya ntar malam mereka mau pulang, dan tidak menginap di sini.

Baru aku sadari sesungguhnya Jay memang cowok yang menarik. Cuma aku belum singgung soal kehidupan seksualnya. Dengan umur tigapuluhan, aku memang tidak tahu banyak kenapa dia masih sendiri, alias belum nikah sampai sekarang. Pada saatnya mungkin dia mau cerita.

Sore hari kami dapatkan 8 model cowok yang akan diundang untuk datang audisi di aparteman ini. Soal undangan tanggung jawab agensi. Rina sudah mengirimkan fax daftar model pilihan kami. Belum begitu malam, Rina, Sisy dan bu Poppy sudah pulang, dan besok akan datang lagi untuk acara audisi. Wuh, bakal seru. Membayangkan para cowok yang akan datang besok saja, membuat kepalaku berdenyut. Fantasiku melayang entah kemana.

Aku merapikan meja makan yang digunakan untuk rapat tadi. Masih ada sisa makanan yang kemudian aku kumpulkan jadi satu dan menyimpannya ke kulkas. Berkas yang ada kukumpulkan jadi satu. Sesungguhnya pekerjaan ini melelahkan, tapi karena aku menyukainya, rasa capek tidak begitu dirasa. Kerja serabutan memang, tidak ada bagian kerja khusus. Pokoknya, kalau bisa dikerjakan atau ditangani sendiri, ya sudah, dikerjakan saja. Proyek besar dengan tim kecil, memang menguntungkan.

Deg! Jantungku kembali berdebar. Ketika masuk kamar mandi, akan kencing, kulihat bang Jay sudah di dalam sedang mandi. Aku tidak dengar suara air showernya karena dimatikan dan dia sedang menyabuni seluruh tubuhnya. Jay sedang membelakangi pintu. Keindahan tubuh lelaki, punggung yang bidang, pinggul yang padat dan pantat yang tidak begitu besar menahanku tetap di pintu untuk terus menyaksikannya. Entah bagaimana dia memelihara tubuh tetap indah seperti itu.

Kontolku bereaksi. Mestinya aku tutup pintu dan keluar, namun entah kenapa, aku tetap saja di pintu memeperhatikannya menyabuni keseluruhan tubuhnya. Syetan yang terkutuk telah menguasai diriku. Tubuhnya sudah berbusa dan paling banyak busanya di daerah pantatnya. Telapak tangannya meratakan sabun keseluruhan tubuhnya dengan gerakan seperti menari. Ketika dia menyabuni kakinya, dapat kulihat busa yang lebih banyak lagi di sekitar kontolnya. Dia sedang masturbasi! Kuusahakan untuk tidak menimbulkan suara, agar apa yang kulakukan tidak diketahuinya. Kamar mandi yang agak luas ini, memungkinkan aku bebas memperhatikannya. Jarakku dengan ruang shower sekitar tiga meter.


Kembali kulihat tangan kanannya bergerak-gerak, mengocok kontolnya sedangkan tangan kirinya merapat di pantatnya, ke pangkal anusnya. Aku hanya dapat melihat jari jempol dan kelingkingnya yang melebar. Gerakan tangan kirinya itu membuat jantungku memompa darah sampai ke kepala. Dia sedang menusuk anusnya dengan jari tengahnya sedang tangan kanannya mengocok barangnya. Aku baru sekali melihat hal begini. Dia sodomi dirinya dengan jarinya sendiri!

Aku dengar suara penuh nafsu dari mulut bang Jay. Pinggulnya bergerak kiri kanan, memutar pelan, kadang kakinya tertekuk dan badannya terbungkuk karena tak sanggup menahan rangsangan yang dilakukannya. Kepalanya mendongak ke atas, mencari udara karena susah untuk bernafas.

Akhirnya bang Jay membungkukkan badannya lagi. Kedua tangannya masih tetap bergerak di anus dan kontolnya. Malah makin kencang. Tubuhnya mengejang, bahunya bergerak cepat dan pantatnya mengencang. Dia ejakulasi. Spermanya tumpah ke lantai ruang shower, sebagian menyemprot ke dinding. Dia seperti sedang menguras habis spermanya dengan kembali mengocok kencang kontolnya yang sudah penuh busa sabun. Ah… Aku gosok dari luar kontolku yang sangat tegang, sedikit meremasnya. Kembali meremasnya, rasa mau kencing jadi tertahan.

Aku perhatikan dia membuka keran shower yang mengguyur seluruh tubuhnya. Dapat kembali kulihat keseluruhan tubuh yang mengkilat itu. Dia membalikkan tubuhnya agar air dapat menyiram daerah punggung. Busa sabun sudah larut oleh siraman air. Tubuh yang tidak begitu putih tapi bersih dapat kulihat bebas…


Dadanya yang padat dengan sedikit bulu di situ, perutnya yang tidak begitu rata, tapi lumayanlah, tidak jelek amat dapat kulihat bebas.

“Yadi, mau mandi juga ya?” tanyanya. Dia tidak begitu kaget. Terus saja dia mengelus seluruh tubuhnya agar air dapat membilas bekas sabun. Apa dia tahu sejak tadi aku perhatikan?

Aku sedikit gugup ketangkap basah sedang memperhatikannya seperti ini. Kontolnya sudah menjuntai walau tetap bengkak mengucurkan air dari atas tubuhnya. Ukurannya itu yang membuat aku betah memperhatikannya. Nyaris melebihi setengah pahanya. Dan ketika dia menyentuh kontolnya dan menggerakkannya ke atas, juga hampir menyentuh pusarnya. Bulu kelaminnya yang lebat itu kuyup kena air yang menutupi sebagian batang kontolnya. Helm kontolnya masih kelihatan memerah dan sangat besar kukira. Aku menelan liurku karena terasa kerongkonganku jadi kering.

“Hei, ditanyain kok malah diam saja?,” tanya bang Jay mengagetkanku. Kukatupkan bibirku yang sejak tadi terbuka karena takjub.
“Maaf, tadi kupikir tidak ada orang. Aku masuk saja, mau kencing…” kataku. Suaraku seperti susah untuk diucapkan.
“Silahkan. Sama laki-laki nggak apa-apa kok…” katanya sambil meretakan air yang jatuh di tubuhnya. Aku lihat bulu ketiaknya ketika dia mengangkat kedua tangannya untuk menyapu air yang di rambut dan wajahnya.

Aku melangkah masuk, mendekati kloset dan mengeluarkan kontolku. Kontolku yang sedang tegang itu jadi perhatian bang Jay.

“Lagi terangsang ya…?” katanya tersenyum. Bang Jay telah menyelesaikan mandinya. Dia mematikan keran shower dan mengambil handuk yang tergantung dekat situ.

Aku tersenyum saja, tanpa komentar. Jantungku masih berdebar walau tidak sekencang tadi. Lama aku berdiri sambil menunggu kontolku sedikit melemas untuk dapat kencing. Akhirnya aku membungkukkan tubuhku agar kontolku yang tegang ini dapat menyalurkan kencingnya. Lega…

Bang Jay sudah keluar ruangan sambil melilitkan handuk ke pinggangnya, keluar kamar mandi dan masuk kamarnya. Kutarik nafas panjang dan menghembuskannya. Kuulangi beberapa kali sampai otak dan jantungkku kembali normal. Aku jadi ingat Ran ketika menunggui dan melihat aku kencing, tidak seperti bang Jay. Bang Jay melihat kontolku sekilas saja.


Kuputuskan untuk juga mandi. Aku menuju pintu dan menguncinya. Aku buka seluruh pakaian ditubuhku. Aku dapat lihat pantulan tubuhku di kaca lebar di dekat washtafel. Kembali aku terangsang oleh tubuhku sendiri. Kupermainkan kontolku dan mengelus tubuhku sambil menggoyangkan tubuhku seperti menari. Aku nikmati bayangan itu, sampai akhirnya aku hentikan. Jangan sampai berlanjut mencapai klimaks.

Aku melangkah ke temapt mandi. Ingin aku melakukan seperti apa yang kulihat bang Jay lakukan. Kubuka keran shower yang langsung mengguyur tubuhku. Kukurangi air panasnya. Kubiarkan air mengguyur kepalaku, sedang tanganku mempermainkan kontolku yang tegang. Jantungku kembali bekerja kencang karena rangsangan yang kulakukan.

Kemudian aku mundur menjauhi pancuran air. Kuambil sabun dan mulai menyabuni perutku, kemudian di sekitar kontolku kemudian kembali ke dada, dan kembali kuremas kontolku yang sudah licin. Kontolku yang sudah mengeras seperti kayu membuat tangan licinku bergerak maju mundur dan memberi sensasi luar biasa. Kemudian aku meratakan sabun keseluruh tubuhku, menggosoknya sehingga menimbulkan busa.. Suara air yang jatuh dilantai memberi irama tersendiri mengiringi apa yang kulakukan.

Tangan kiriku mulai memberi rangsangan di sekitar anusku yang sepertinya merekah. Kucoba masukkan jari tengahku dengan pelan, lewat belakang, sampai batas kuku… Kemudian masuk lagi sampai ruas kedua. Kulakukan dengan pelan. Tangan kananku meremas dada kiriku. Permainkan putingnya. Jariku yang msuk ke anus terasa dijepit. Nikmat yang aneh, yang tak pernah kurasakan. Aku kembali masukkan jariku dan menariknya keluar, seperti bang Jay lakukan tadi. Terus aku lakukan beberapa kali.

Aku tak sadari, jariku sudah masuk sampai pangkalnya dan tekanan jari telunjuk dan jari tengah di pantatku membuat aku terasa terbang. Tangan kananku membiarkan kontolku mengacung sendiri. Kuraba dada dan bahuku. Syarafku sudah menegang ke seluruh tubuh. Aku jadi kesulitan bernafas dan kerongkongan terasa kering Ah…

Kucoba jari telunjuk dan jari tengahku masuk anusku dari depan dengan sedikit menunduk… Ah.. Ada rasa sakit. Kamu sudah tidak perawan lagi, Yadi! Otakku protes. Tapi jariku berusaha untuk masuk… Pelan… Dapat kurasakan otot kontolku di dalam berdenyut kencang.